Rabu, 21 Desember 2011

SINOPSIS CINTA CENAT CENUT Season 2 - Episode 3 GOOD BYE PRINCESS

SINOPSIS CINTA CENAT CENUT 2
EPISODE 3 – GOOD BYE PRINCESS



Mendengar surat yang diberikan Candy kepadanya itu berasal dari Putri, Rafael seketika kembali sedih lagi. Dia terus memegang surat itu dan agak takut untuk membukanya. Namun akhirnya Rafael memberanikan diri membuka surat tersebut dan membacanya. Surat itu menjelaskan bahwa Putri ingin Rafael melupakan dirinya karena Putri sudah tidak mencintai Rafael lagi. Rafael tidak percaya dengan isi surat itu. Rafael kecewa dengan Putri yang semudah itu memintanya untuk melupakan dirinya. Rafael yakin kalau Putri berbohong soal tidak mencintai dirinya lagi. Rafael kesal, kecewa dan tentunya sangat lah sedih dengan sikap Putri yang dinilainya sangat egois. Rafael akhirnya meremas kertas itu dan membuangnya ke kolam renang yang ada dihadapannya. Namun akhirnya Rafael menyesal dan menyelam mencari surat dari Putri yang baru saja ia buang tadi.

“Apa kamu ga perduli dengan perasaan aku, Put? Apa kisah cinta kita ga berarti buat kamu, Put?”

Sementara itu di rumah Morga, Sisca (Femmy Permatasari) menunjukkan barang-barang belanjaannya ke Morgan. Sisca meminta pendapat anak tirinya itu tentang tas mana yang cocok untuk baju yang dikenakannya. Morgan menjawaba tidak kedua-duanya dengan sinis. Sisca pun protes dengan sikap Morgan yang sangat jutek terhadapa dirinya.

“Lo minta pendapat gue kan? Itu pendapat gue! Lo ga pantes pakai dua tas itu. Karena duit yang lo pakai buat belanja, itu duit nyokap gue!”

“Gan! Kamu lupa ya siapa saya? Saya adalah istri sah papa kamu. Dan selama kita hidup disini semua yang mencari uang adalah papa kamu. Ya kan? Bukan siapa-siapa. Jadi mama berhak dong memakai uang papa kamu untuk belanja. Memangnya mama kamu selama hidup dia dan seluruh hidup dia hanya duduk di kursi roda aja.” kata Sisca. Mendengar perkataan tersebut Morgan menjadi marah.

“Jangan sekali-sekali ngehina nyokap gue setelah apa yang lo lakuin ke dia. Lo ga pantes pakai duit itu!”

“Kamu masih berpikir saya yang ngebunuh mama kamu? Iya? Pikir dong pakai otak Morgan! Mama kamu itu mati karena kecerobohan dia sendiri! Bukan karena orang lain. Apalagi gara-gara saya! Mana buktinya saya ngebunuh dia? Ga ada kan! Udahlah sayang kamu harus terima dong kematian mama kamu kalau mama kamu udah ga ada. Daripada juga kalau mama kamu masih hidup hanya bisa menyengsarakan semua orang. Ya kan?” Morgan hampir saja memukul Sisca atas ucapannya tadi. Tetapi hal itu berhasil di cegah oleh Danar (Ferry Salim). Morgan berkata kalau Sisca bukan mamanya namun Danar bersikeras kalau Sisca adalah
mama Morgan.

“Aku udah ga punya mama, dan itu semua karena kalian.” kata Morgan.

Setelah pertengkaran di rumah tadi, Morgan memilih untuk menenangkan diri di makam almarhum mamanya. Tidak lupa Morgan memberikan seikat bunga dan menaruhnya di atas makam mamanya itu. Hime juga berada di pemakaman yang sama. Dia juga melakukan hal yang serupa dengan Morgan di makam seseorang. Melihat Morgan, Hime akhirnya menghampiri dan menyapa Morgan. Hime bertanya makam siapa itu dan Morgan menjawab itu makam mamanya. Hime bertanya tentang sebab mama Morgan meninggal tetapi tak ada jawaban. Hime minta maaf kepada Morgan dan berkata kalau dirinya turut berduka cita.

“Kenapa sih lo suka bohongin gue?” kata Morgan

“Maksud lo? Gue bohongin lo? Kapan?”

“Lo pernah bilang laki-laki yang ngejar lo itu penculik. Tapi ternyata bokap lo sendiri.” mendengar jawaban Morgan, Hime hanya tertawa dan Morgan heran dengan sikap Hime.

“Habis lo lucu sih. Masa mendadak ngajak gue ngobrol pakai bahasa Inggris. Jadi gue kerjain aja sekalian.”

“ Kenapa lo menghindar dari bokap lo?”

Hime agak ragu menjawabnya, “Eng.. habis gue kesel sama bokap gue. Masa gue udah gede ini masih dianggap anak kecil.”

“Terus ngapain lo disini? Oh ya. Gue pernah liat lo bawa bunga dan naruh dia atas makam.”

“Emmm itu sih gue iseng aja naruh-naruh bunga di makam orang. Lagian disini tuh tenang banget. Terus udaranya fresh. Pas banget buat nyari inspirasi.”

“Lo nyari inspirasi di kuburan?” tanya Morgan heran.

“Eng iya kan di Jakarta jarang ada tempat yang tenang kaya gini. Emang ada kaya gunung gitu misalnya? Ga ada kan?”

“Di Jakarta, gunung yang paling dekat itu ya puncak. Emangnya lo gatau?”

“Oh ada ya? Gue gatau. Habisnya gue lahir di Jakarta tapi pas SMP gue ke Jepang. Jadi gue ga pernah kemana-mana deh. Emm sorry, gue harus pergi sekarang. See you.”

Sementara itu di koridor kampus, Bisma cs bertemu dengan Sierra. Dosen pengganti yang galak sekaligus Aries, penyanyi yang diidolakan Bisma. Bisma awalnya ingin menghindar namun hal itu dicegah oleh Ilham dan Reza.

“Eits, ga bisa gitu dong. Sesuai janji lo, lo harus ngajakin ngedate dia.” kata Ilham.

“Masalahnya itu kan dosen galak. Masa gue ajak dosen galak kaya gitu ngedate?” kata Bisma.

Saat Sierra datang Bisma Cuma bisa salah tingkah dan menyapa Sierra. Ilham tidak puas akhirnya membujuk Bisma supaya mau ngajakin Sierra ngedate, “Ah, ayo dong ngajakin ngedate dia! Ah cemen lo! Basi!”

“Eits, bukannya kaya gitu. Gue harus atur strategi. Supaya nilai gue juga ga anjlok.”

Dicky dan Reza pun ikut memanas-manasi. Dicky bilang kalau Bisma bisa ngajakin Sierra ngedate, nilai Bisma pasti aman. Bisma akhirnya menyanggupi tapi dia bilang dia harus mengatur strategi terlebih dahulu agar rencananya berhasil.'

“Woy Bis! Lo ga nyerah kan?” tanya Reza

“Engga lah. Gue ga cemen kaya lo lo semua!” kata Bisma pergi.

“Gue juga ga cemen kaya lo semua!” kata Dicky. Diikuti dengan Reza dan Ilham yang juga berkata hal yang sama dan kemudian pergi.

Di ruang latihan, Candy melamun memikirkan Rafael yang tiba-tiba menghilang dari kampus. Sikap Candy yang aneh seperti itu membuat Raka penasaran dan kemudian bertanya.

“Eh lo kenapa sih ngelamun kaya gitu terus?”

“Gapapa gue Cuma lagi mikirin si Rafael aja.”

“Apa? Lo ngapain sih mikirin si Rafael. Ga penting banget tau ga!”

“Wah wah wah, jangan jangan jangan nih, ada ada ada ada” ledek Candra.

“Yeee kalian jangan salah paham dulu. Gue tuh Cuma bingung aja sama dia. Kenapa setelah gue kasih surat dari mantannya itu dia tiba-tiba ngilang. Kan aneh.”

“Eh, yang lebih anehnya itu elo! Lo ngapain care sama dia? Lo juga tau masalahnya kaya gimana.” kata Raka. Candy berpikir ada benarnya apa yang dikatakan Raka, tetapi entah kenapa dirinya masih saja penasaran. Candy pun melepas gitarnya dan meninggalkan ruang latihan.

Personil SMASH berkumpul . Mereka semua heran mengapa Rafaek tidak masuk kuliah. Terlebih lagi Rafael tidak ikut latihan dan handphonenya tidak bisa dihubungi. Candy tiba-tiba datang dan terlihat melirik-lirik personil SMASH. Akhirnya Ilham memanggilnya Candy dan menyuruh bergabung.

“Eh kendi! Sini lo!”

“Yee ngapain lo nyuruh-nyuruh gua!”

“Lagian ngapain sih lo neglirik-lirik kesini? Eh tau ga Rafael kemana?” tanya Ilham.

“Mana gue tahu.”

“Yang akhir-akhir ini kan yang deket sama Rafael lu doang, Can. Lagian terakhir kali kita liat lo lagi sama dia kan?” tanya Rangga.

“Terakhir kali gue sama dia sih waktu gue nitipin dia surat.”

“Surat? Surat apaan?” tanya Reza.

“Waktu itu gue dititipin surat sama… sama Guntur. Ya ya. Namanya Guntur. Katanya sih itu surat dari Putri.” kata Candy. Mendengar nama Putri, personil SMASH langsung kaget. Terutama Morgan. Setelah mendengar hal itu Morgan langsung pergi meninggalkan Candy dan anak-anak SMASH yang lain. Candy jadi bertanya-tanya kenapa Morgan ekspresinya seperti itu setelah mendengar nama Putri.

Candy akhirnya menyusul Morgan yang tampak mondar mandir sambil memegang buku di tempat favorite Candy. Candy yang awalaya ragu untuk menghampiri Morgan, tapi akhirnya menghampiri juga setelah mengundi dengan koin keberuntungan miliknya. Candy pun mengajak Morgan mengobrol.

“Lo kenapa? Kok kayanya sedih gitu.” tanya Candy

“Gapapa kok. Gue lagi pengen menyendiri aja buat baca buku.”

“Lo tuh suka banget baca buku ya? Gue sering banget liat lo baca buku.”

“Lo juga suka?” tanya Morgan. Candy agak bingung menjawabnya.

“ Ah iya. Eng gue juga suka.”

“Novel favorite lo apa?”

“Novel favorite? Novel favorite gue ya sebenernya sih gue ga suka-suka banget. Makanya gue ga punya novel favorite. Tapi kalo band favorite gue ada. Gue tuh paling suka sama Slank. Gue tuh slankers.”

“Ternyata lo beda.” kata Morgan. Candy yang bingung akhirnya bertanya apa maksud Morgan. Kemudian mengusap kepala Candy lembut dan berlalu pergi.

Revalina Rusdiantoro (Aline Adita) yang mendengar kabar Rafael mengunci diri dalam kamar akhirnya pulang ke Indonesia untuk melihat keadaan Rafael. Revalina hanya bisa marah-marah melihat sikap Rafael yang terus mengurung diri karena patah hati.

“Apa-apaan ini Rafael?! Kenapa kamu mengunci diri terus dalam kamar seperti ini? Jangan bilang ini masih masalah yang sama. Rafael! Mau sampai kapan kamu mau diamin mama seperti ini? Mau sampai kapan kamu nangisin orang yang jelas-jelas ga peduli sama kamu, yang minta kamu melupakan dia?”

“Mama tau darimana kalau Putri minta aku ninggalin dia?”

“Putri tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Inikan berarti sudah jelas, dia minta kamu melupakan dia.”

“Mah! Kalau bukan gara-gara mama, gara-gara siapa lagi, Ma? Ga mungkin Putri sama keluarganya tiba-tiba ngilang begitu aja dari Jakarta, Mah.”

“Mama ga senang kamu berpikir seperti itu. Mama kan udah jelasin berkali-kali. Mama tidak ada sangkut pautnya dengan kepergian Putri. Kamu tuh ga pantes nangisin Putri. Putri jelas-jelas ga cocok buat kamu! Rafael, lupakan Putri. Mau sampai kapan kamu mau seperti ini terus? Sekarang saat yang paling tepat untuk melupakan semua masa lalu kamu dan berpikir untuk masa depan. Mama gamau hidup kamu terus-terusan seperti ini. Paham kamu Rafael?”

Sementara itu di kampus, Sisy membawakan cupcake buatannya sendiri untuk Dicky. Dicky tentu saja senang bukan main. Bisma protes kenapa Cuma Dicky yang dikasih cupcake. Kenapa yang lain tidak. Tapi akhirnya Sisy berjanji lain kali membawakan cupcake lagi buat yang lain.

“Udah Si, ga usah dengerin mereka. Mereka tuh Cuma sirik doang. Soalnya mereka
ga akan pernah dapat cupcake dari fansnya. Gimana kalau kita makan di kantin aja?” Usul Dicky. Sisy pun menyetujui dan Dicky pun langsung menggandeng tangan Sisy menuju kantin. Entah kenapa Ilham mukanya jadi cemberut. Reza pun meledeknya tapi Ilham berkata biasa saja.

“Gue heran deh sama Dicky. Kok dia bisa-bisanya ya pilih kasih sama fansnya.” protes Zee.

“Maksud lo?”

“Kalian liat dong tadi si Sisy. Bisa aja kan Sisy nya jadi kegeeran gara-gara mikir kalo Dicky tuh suka sama dia. Padahal Dickynya biasa aja. Lagipula kasian dong fansnya yang lain. Bisa sirik kalo liat Dicky terlalu baik sama Sisy. Iya kan?”

“Emang siapa yang sirik, Zee? Perasaan lo aja kali.” kata Ilham. Zee kesal dengan perkataan Ilham dan sikap Bisma dan Reza yang meninggalkan dirinya begitu saja. Menurut Zee dia memberikan nasehat supaya fans mereka pada ga kabur, tapi kenapa dirinya yang dicap sirik. (mposs!)

Hime terkejut melihat Candy yang tiba-tiba membaca novel. Hime ga habis pikir apa yang membuat sahabatnya itu bisa membaca novel seperti itu. Candy berkata kalau dirinya baca novel supaya ada bahan pembicaraan dengan Morgan. Hime kaget mendengar alasan Candy dan salut . Hime akhirnya mengakui kalau orang jatuh cinta bisa menghalalkan segalanya. Hime kemudian membujuk Candy untuk menemaninya ke puncak. Tapi Candy menolak dengan alasan jadwal padat. Hime memelas untuk ditemani Candy ke puncak besok. Tapi Candy tetap tidak mau menemani Hime ke puncak besoknya.

Rafael terus saja mengurung diri dan ini membuat Revalina frustasi dan tidak tau lagi harus berbuat apa untuk membujuk Rafael yang mash saja patah hati. Akhirnya Revalina meminta bantuan Gladis untuk membujuk Rafael.

“Raf, aku udah denger kok semua cerita tentang kepergian Putri. Aku prihatin dengernya Raf.”

“Ngapain kamu balik lagi ke Indonesia?” tanya Rafael.

“Aku tau kok kamu pasti masih marah sama aku sejak kejadian 2 tahun yang lalu. Aku kesini karena aku mau minta maaf, Raf. Aku mau memperbaiki hubungan aku sama kamu sebagai teman.”

“Ga perlu.”

“Aku tau kamu susah banget ngelupain Putri. Tapi kamu harus terima kenyataan Raf. Kalau Putri itu udah ninggalin kamu. Tapi aku yakin kok suatu saat nanti kamu pasti ketemu lagi sama dia. Asal kamu ga stuck disini. Gimana kalau kita mulai semuanya dari awal? Dengan begitu kita bisa ngejalanin hidup kita. Kamu harus ngelihat masa depan Raf. Jangan pernah kamu ingat masa lalu kamu.” kata Gladis. Rafael tiba-tiba bangun dari tempat tidurnya setelah mendengarkan omongan Gladis tadi.

Di sekolah Sisy sedang dalam perjalanan mengahmpiri anak-anak SMASH untuk memeberikan cupcake yang ia janjikan. Tapi tiba-tiba Zee menabrak Sisy sampai semua cupcakenya terjatuh. Zee pura-pura minta maaf kepada Sisy dan Sisy pun memaafkan. Anak-anak SMASH yang lain melihatnya dan Dicky membantu Sisy membereskan cupcakenya. Tiba-tiba sebuah mobil menghampiri mereka. Pintu mobil itu terbuka dan Gladis turun yang disusul dengan Rafael. Anak-anak SMASH terutama Rangga kaget karena Gladis bisa datang bersama Rafael.

“Eh Dis. Thanks ya udah bisa bawa Rafael keluar dari gua!” kata Bisma

“Oke. Sama-sama” kata Gladis. Kemudian Rafael pergi masuk ke dalam kampus. Rafael akhirnya berpapasan dengan Candy. Candy meminta maaf kepada Rafael soal cincin yang belum bisa lepas dari tangannya. Tapi Rafael tidak menghiraukan Candy. Rafael diam dan memilih untuk pergi. Gladis yang melihat kejadian itu akhirnya menghampiri Candy dan mengajaknya berkenalan. Mereka pun berkenalan. Gladi bertanya soal jari Candy dan cincin yang dipakainya. Candy menjawab kalau tangannya Cuma bengkak sedikit dan jujur kalau cincin itu tetap saja ga bisa lepas. Candy juga jujur kalau cincin itu bukan miliknya.

Anak-anak SMASH sedang menggelar latihannya. Mereka latihan lagu Senyum Semangat. Tetapi Rafael tidak bisa focus dengan latihan mereka. Buktinya Rafael selalu saja salah gerakan koreo. Hal ini membuat Morgan terusik dan kemudian menghentikan latihan itu.

“Stop, stop, stop! Raf, lo bisa ga sih serius latihannya?”

“Gue? Gue udah serius kok.”

“Oh ini yang lo bilang serius? Kok kayaknya amatiran ya?”

“Apa? Lo bilang gue amatiran? Maksudnya apa?

“Lo harusnya mikirin kita semua. Bukannya malah seenaknya sendiri.” kata Morgan yang memancing emosi Rafael. Rafael pun berusaha memukul Morgan tetapi berhasil dihentikan oleh anak-anak SMASH yang lain.

“Latihan hari ini kacau. Jangan mentang-mentang lo lagi bad mood terus lo ga professional!” kata Morgan lagi.

“Terserah! Gue ga peduli! Masih mending gue mau ikut latihan!” kata Rafael yang kemudian pergi.

Keesokan harinya anak-anak SMASH kembali heran karena Rafael yang absen lagi dari kampus. Dicky pun menyalahkan Morgan. Kemudian Rangga mencoba menelpon ke rumah Rafael. Tetapi Rangga terkejut karena pelayan di rumah Rafael berkata kalau Rafael sudah berangkat kuliah dari tadi pagi. Mendengar hal itu anak-anak SMASH Cuma bisa diam. Morgan pun meninggalkan mereka.

“Eh dia kabur juga” kata Bisma.

“Eh tuh ibu Sierra. Ini kesempatan buat lo buat dapatin dia sekarang.” kata Reza. Tapi Bisma agak ragu menghampirinya.

“Tuh kan! Cemen nih!” Reza pun mendorong Bisma untuk berbicara dengan Sierra.

Bisma akhirnya mengajak Sierra berbicara. Pertama-tama Bisma meminta maaf karena perlakuan lancangnya yang meremehkan mata kuliah yang Sierra bawakan tempo hari. Sierra berkata tidak apa-apa. Karena dirinya sudah biasa mengahadapi mahasiswa seperti Bisma.

“Gini bu, sebenarnya saya ngefans banget sama ibu. Video ibu juga saya tonton semua dan saya suka banget suara ibu.” kata Bisma.

“haha makasih ya.’ jawab Sierra.

“Eng kalau boleh kapan-kapan kita boleh ga ngobrol music bareng? Berdua aja tapi.”

“Maksud kamu berdua aja?”

“Ya… minum bareng, makan bareng santai lah bu.”

“Kamu ngajakin saya kencan?”

“Mungkin bisa dibilang kaya gitu kali yah, bu.”

“Maaf ya. Saya tidak jalan dengan mahasiswa saya sendiri. Apalagi kalau kencan. Kalau kamu mau diskusi soal music nanti bisa kok pas jumpa fans. Saya sering ajakin fans saya diskusi soal music. Dan kalau di kampus, saya mau mahasiswa saya menghormati saya selayaknya dosen disini. Jadi saya tidak ingin membahas kegiatan saya diluar mengajar. Mengerti?”

“Ya mengerti bu.”

“Permisi”

“Silahkan.” kata Bisma. Anak-anak SMASH yang lain pun menertawakan Bisma yang ditolak mentah-mentah oleh Sierra. Mereka pun terus saja meledek Bisma dan menertawakannya.

Sementara itu Candy, Raka dan Candra sedang serius latihan di basecamp mereka. Setelah selesai latihan Candy berkata kalau dirinya senang karena latihan ini lancar dan berharap selanjut-selanjutnya latihan mereka selalu lancar seperti ini.

“Saudara-saudara. Nanti malam teman kita Jack mau dateng.” kata Candra.

“Iya, dan dia minta kita jemput.” kata Raka yang tampak tidak senang.

“Gila ya tu anak! Udah punya supir masih aja nyuruh kita.”

“Sebenernya sih bukan kita yang disuruh jemput. Tapi elo, Can. Soalnya dia kepengen jalan sama lo.” kata Candra

“Apaan sih ah” kata Candy. Tiba-tiba Hime datang menghampiri Candy. Mendengar Candy sudah selesai latihan Hime menyeret Candy untuk menemaninya ke suatu tempat. Ternyata Hime mengajak Candy ke puncak. Hime juga sudah membawakan baju ganti untuk Candy. Selama di perjalanan Candycuma cemberut. Candy berkata kalau dia tau Hime membawanya ke puncak dia ga akan ikut. Maka dari itu Hime tidak memberitahu Candy kalau dia dan dirinya akan ke puncak.

Sementara itu mama Rafael dan Gladis sedang bingung mencari Rafael yang tiba-tiba saja menghilang. Mama Rafael heran Rafael bisa seperti ini mencari Putri dan merepotkan semua orang. Tiba-tiba 2 ajudan datang menghadap dan memberitahukan kalau Rafael ada di puncak dan menyewa villa disana. Mama Rafael pun segera memerintahkan untuk membawa Rafael pulang bagaimana pun caranya. Tetapi Gladis berkata lebih baik Gladis saja yang membawa Rafael pulang karena sudah terbukti kalau Rafael mau mendengarkan dirinya. Mama Rafael pun berterima kasih atas bantuan Gladis dan menyuruh ajudannya untuk memberitahu informasi sedetail mungkin kepada Gladis. Sementara itu Hime dan Candy sudah sampai di puncak. Mereka asik jalan-jalan dan berfoto-foto. Hime pun tampak senang karena akhirnya dia bisa ke puncak juga.

Di kampus Sisy kembali membawakan cupcake untuk anak SMASH. Kali ini Sisy memastikan kalau cupcakenya tidak terjatuh lagi. Anak-anak SMASH pun senang sekali dapat cupcake dari Sisy, Terutama Dicky. Tiba-tiba Rangga menelpon Gladis. Rangga terkejut mendengar kabar kalau Rafaek sedang berada di puncak. Rangga langsung memberitahu anak-anak SMASH dan mereka segera menyusul Rafael. Mereka juga tidak lupa mengabari Morgan. Sisy bertanya kepada Dicky gimana cupcake buatannya. Akhirnya Dicky pun membawa Sisy ikut bersamanya ke puncak.

Mendengar Rafael ada di puncak, Morgan pun segera menyusul. Namun Danar dan Sisca mengahalangi Morgan dan menyita kunci mobil Morgan. Mereka berkata kalau semua kegiatan Morgan akan dikontrol. Morgan berkata kalau semua isi rumah adalah milik mamanya, dan semuanya telah diwariskan kepadanya jadi mereka tidak bisa mengontrol Morgan. Morgan pun pergi. Danar dan Sisca kesal dengan sikap Morgan dan kembali menyusun rencana agar Morgan tunduk dan harta warisan itu bisa mereka kuasai.

Tak disangka Candy dan Hime bertemu dengan Rafael di villa.

“Lo ngapain disini?” kata Candy.

“Nah lo juga ngapain disii? Gue heran deh! Jangan-jangan lo ngikutin gue!” kata Rafael.

“Yee enak aja lo! Gue tuh kesini bareng temen gue. Lagian kalau gue tau temen gue bakalan ngajak gue ke punca, gue tuh udah nolak tau ga!”

“Gila ya! Gue tuh udah berusaha ngehindar dari orang-orang yang gue kenal. Ujung-ujungnya ketemu lo lagi!”

“Yeee itu sih derita lo namanya! Lagian kenapa lo ga ngampus hari ini? Gue tau! Lo pasti kabur lagi kan!” kata Candy.

“Lo jodoh tuh sama dia ketemu mulu.” ledek Hime. Tiba-tiba Gladis datang dan Rafael terkejut. Candy kaget kenapa Gladis dan Rafael bisa saling kenal. Gladis pun menjelaskan kalau dirinya Rafael sudah berteman sejak lama. Gladis pun bertanya kenapa Rafael dan Candy ada ditempat yang sama dan di luar Jakarta. Candy pun menjelaskan kalau dirinya ke puncak bersama Hime dan ga bareng sama Rafael. Tiba-tiba anak-anak SMASH yang lain datang bersama Sisy. Kedatangan mereka disambut histeris oleh SMASHBLAST yang sudah menunggu.

“Lo yang ngasih tau anak-anak kalau gue ada disini?” tanya Rafael kepada Gladis.

“Tadinya sih aku Cuma ngasih tau Rangga. Aku gatau kalau misalnya anak-anak bakalan datang kesini.” kata Gladis. Candy dan Hime pun memutuskan untuk pergi dari mereka.

“Lagian kalian tuh ngapain sih dateng kesini!” kata Rafael.

“Kita semua tuh khawatir Raf sama lo. Lo tuh ngilang ga ada kabar. Nyokap lo aja panic nyariin lo.”

“Gue tuh udah gede tau ga sih! Please! Gue tuh ga usah dikontrol terus. Gue bisa kok jalani hidup gue sendiri.”

“Tapi lo masih bagian dari SMASH. Lo ga bisa ninggalin begitu aja. Makanya kita ada disini buat lo.” kata Morgan. Kemudian petugas keamanan menghampiri mereka kalau petugas kewalahan mengahadapi fans-fans SMASH. Akhirnya mereka memutuskan untuk menghibur SMASHBLAST.

SMASH pun membawakan lagu Selalu Bersama untuk menghibur fans-fans mereka. Candy dan Hime juga melihat penampilan SMASH. Tadinya Hime ingin pulang dengan alasan sudah mengantuk, tetapi Candy mencegahnya. Hime heran bukannya Candy sangat benci kepada Rafael. Tapi kenapa malah menonton perform SMASH. Hime pun mengejek Candy kalau Candy sudah menjadi SMASHBLAST. Tapi Candy menyangkal itu semua. Karena dirinya Cuma ingin melihat Morgan.

Keesokan harinya Candy dan Hime yang tengah jalan pagi menikmati udara puncak melihat Rafael sedang menggalau di tepi sungai. Candy penasaran dengan Rafael akhirnya ditinggalkan oleh Hime sendirian yang masih ingin jalan-jalan menikmati pemandangan dan udara segar di puncak. Rafael tampak begitu sedih memegang 2 lembar foto dirinya bersama Putri. Dengan kesal Rafael melempar kedua foto itu ke sungai. Tetapi akhirnya dirinya berusah kembali mengambil foto-foto itu. Tak disangka Rafael terpeleset dan terbawa arus sungai. Kepala Rafael pun terbentur memebentur batu besar di sungai itu. Candy yang penasaran kenapa Rafael tiba-tiba menghilang akhirnya terkejut melihat Rafael tak sadarkan diri.
“Rafael!!” teriak Candy

BERSAMBUNG

---------------------------------------------------

Akhirnya selesai juga menulis sinopsis ini. Jangan lewatkan Episode berikutnya Episode 4 , tayang Sabtu tanggal 24 Desember 2011 hanya di Trans Tv :D

SPOILER aka BOCORAN:
Minggu depan di CCC 2 Episode 4, bakalan ada Candra yang jemput Jack Fernandez (diperankan oleh Boy William). Penasaran kan gimana perannya si Jack ini? Apa hubungan dia dengan Candy? Dan gimana nasibnya Rafael? Staytune!

See ya at the next post!

Sabtu, 17 Desember 2011

SINOPSIS CINTA CENAT CENUT Season 2 - Episode 2 THE RING

SINOPSIS CINTA CENAT CENUT SEASON 2 EPISODE 2 – THE RING

Setelah Candy mengumumkan kalau Rafael adalah pembantunya selama seminggu, Rafael tentu saja keberatan dan marah-marah. Apalagi Candy mengumumkan hal ini ke seluruh mahasiswa Toro University. Rafael menolak menjadi pembantu Candy karena dirinya lah yang membuat taruhan. Rafael merasa punya kuasa untuk membatalkan taruhan itu sehingga tidak perlu menjalani hukuman sebagai pembantu Candy.

“Udahlah! Mending lo terima aja! Gue gak mau lama-lama punya urusan sama lo!” bentak Rafael. Rafael kemudian pergi dan anak-anak SMASH yang lain membubarkan kerumunan yang dibuat Candy.

“Makanya jadi orang ga usah belagu! Sok-sokan nantangin Rafael! Lo mau numpang tenar kan?” tuduh Zee.

“Maksud lo apa kalau band gue Cuma numpang tenar?”

“Yaiyalah numpang tenar! Apalagi coba namanya kalau bukan numpang tenar? Lo kepengen kan masuk tv? Sengaja bikin ribut sama Rafael supaya band lo itu diorbitin kan? Gue kasih tahu ya! Lo jadi orang ga usah ngarep deh!”

“Jaga ya omongan lo ya! Gue nantangin SMASH karena gue mau buktiin sama mereka kalau band gue lebih bagus daripada mereka!” adu mulut ini pun berakhir saat Zee dan anak-anak SMASH yang lain memutuskan untuk meninggalkan Candy sendirian. Candy meluapkan kekesalannya dengan tuduhan Zee tadi dengan mengatai Zee sebagai cewek kampungan.

Sementara itu Rafael yang sudah berkumpul kembali dengan anak-anak SMASH marah-marah karena kelakuan Candy. Tetapi Morgan mencap Rafael sebagai childish karena tidak menerima kekalahan tersebut. Anggota SMASH yang lain pun mengiyakan apa kata Morgan. Seperti misalnya Rangga. Menurut Rangga, Rafael harus menerima kekalahn itu dan menjalani hukuman sebagaimana mestinya. Karena Rafael sudah membawa-bawa nama SMASH, takutnya kalau Rafael tidak menerima hukuman itu, tuduhan cupu ke boyband SMASH jadi benar adanya. BIsma juga berpendapat hal yang sama dan yang lain pun mengiyakan. Rafael semakin marah dan pergi meninggalkan MS yang lain yang dianggap tidak membela dirinya.

“Susah ya nanggepin orang yang lagi galau. Kalau gini terus gue bakalan nyamperin Putri terus minta dia balikan sama Rafael!” kata Dicky

“Dicky, Dicky. Lo ada-ada aja ya. Mau nyari dimana coba? Guntur aja sekarang ikut-ikutan ngilang gatau kemana. Coba aja kalau Guntur masih ada di Jakarta, pasti dia bisa ngasuh informasi soal keberadaan Putri dimana.” kata Rangga.

“Iya dong. Tapi gue heran ya, Putri dan keluarganya menghilang misterius banget. Jangan-jangan mereka diculik…alien!” (gubrak)

Sementara itu Candy yang telah berhasil mengalahkan SMASH dengan bandnya menjadi incara wartawan infotainment. Mereka mengejar-ngejar Candy di kampus untuk meminta wawancara sebentar. Candy yang tidak suka diekspos. tentu saja berusaha menghindar dengan berlari menjauhi wartawan. Berhasil menghindari wartawan, Candy menemui Raka dan Candra di basecamp mereka. Sementara Bisma yang sekarang sedang tergila-gila dengan penyanyi bernama Aries ditantang oleh personil SMASH yang lain untuk mengencani Aries apapun kondisinya. Reza menakut-nakuti Bisma kalau Aries itu berwajah jelek, karena biasanya penyanyi yang ga mau menampakkan mukanya rata-rata berwajah jelek. Tetapi Bisma tetap yakin kalau idolanya itu sangat cantik.

Mendengar Candy menjadi incaran para wartawan Candra sangat senang. Karena menurutnya ini kesempatan besar buat Bubble Gum agar terkenal. Tetapi Raka tidak setuju, karena menurutnya itu sama aja sama aji mumpung an band mereka dicap pengen ikutan ngetop. Candy juga sependapat dengan Raka. Candy juga bercerita kalau Rafael tidak mau menjalankan hukumannya. Raka dan Candra kaget dan marah tentunya. Candra mendapatkan ide untuk menggunakan wartawan supaya Rafael mau menjalankan hukumannya.

Candy cs pergi menemui Rafael yang tengah berjalan sendirian kala itu. Candy berusaha menjebak Rafael dengan mengajak ribut soal hukuman kalah taruhan itu. Rafael yang gampang emosi tentu saja membuat Candy cs semakin mudah menjebaknya. Rafael bersikeras kalau semua orang tidak tau soal taruhan ini kecuali anak-anak kampus mereka. Jadi tidak masalah. Inilah hal yang dimanfaatkan Candy cs untuk mengancam Rafael. Raka dan Candra merekam semuanya dan Rafael pun langsung pucat, panic, tapi tetap dengan muka sombongnya.

“Wuih ini tersangkanya nih.” kata Candra sambil terus merekam.

“Kalau seluruh Indonesia yang tau gimana? Anak-anak SMASH itu gak pada sportif. Apa cuma tukang cheating? Haduh. Eh, kalau headline ini ada di berita-berita gimana ya? Nama boyband SMASH bakalan tercemar dong” kata Candy sambil memegang handycam. Rafael berusaha merebutnya,

“Balikin ga kameranya?!” paksa Rafael.

“Woy! Lo jangan macam-macam dong!” kata Raka.

“Sekarang terserah lo! Jalanin hukuman lo, atau nama boyband lo jelek!” ancam Candy

“Jangan mimpi ya kalian!!”

“Yaudah, gue sih gampang aja! Tinggal serahin rekaman ini ke wartawan-wartawan. Toh mereka lagi ngincar band kita kan.” kata Candy kemudian meninggalkan Rafael. Candy cs berjalan menuju para wartawan yang sudah menunggu kedatangan mereka. Candy berusaha menunjukkan rekaman tadi dan tanpa sengaja Rafael melihat hal itu. Rafael langsung menarik tangan Candy dan berlari membawa Candy kabur menjauhi wartawan.

“Oke! Gue nyerah sekarang! Mau lo apa?!”

“Gue itu cuma mau lo tuh sportif! Lo ga mau kan SMASH itu tercemar cuma gara-gara hal kaya gini?”

“Yaudah! Mulai hari ini lo boleh perintah gua apa aja! Asal lo bisa yakin nama SMASH ga akan tercemar dan semua data yang ada… hah!!! Gue harus mulai darimana?” kata Rafael. Hal ini tentu saja membuat Candy senang. Kemudian Candy langsung membawa Rafael menuju rumahnya. Melihat Rafael ada di rumah mereka bude Candy langsung terpesona sementara Rafael tidak percaya dengan keadaan rumah butut Candy (-_-). Bude Candy kagum dengan kegantengan Rafael (woiya dong! mantan gue *plaak). Bude Candy berusaha memegang muka Rafael tetapi Rafael malah menjauh. Mendengar Rafael akan jadi pembantu budenya langsung heran dan tidak percaya dengan perkataan Candy. Makhluk ganteng kaya gitu masa dijadiin pembantu, begitu kata bude Candy.

“Bude tuh ga usah protes! Pokoknya mulai sekarang biar dia yang ngerjain semua pekerjaan rumah. Ngerti kan?” kata Candy. Rafael terlihat menelpon seseorang dan kemudian membawa paksa Candy dan budenya masuk ke dalam mobilnya. Ternyata Rafael membelikan Candy sebuah rumah mewah. Karena menurutnya lebih baik dia membelikan rumah baru dan bagus buat Candy dibandingkan membersihkan rumah butut Candy. Bude Candy langsung sumringah mendengarnya. Impiannya mempunyai rumah mewah akhirnya terwujud. Tapi tidak dengan Candy. Candy menolak rumah pemberian Rafael karena Candy maunya Rafael nya membersihkan rumahnya. Bukan membelikannya rumah baru. Candy yang mersa digampangin sama Rafael kemudian mengajak budenya pulang, walaupun agak berat tapi akhirnya bude pulang bersama Candy.

“rumahnya jadi dibelikan?” kata seorang Bapak.

“Ah udah! buat lo aja!” kata Rafael yang disambut dengan sujud syukur dari bapak tadi.

Sementara itu Morgan kembali bertemu dengan Hime di padang rumput ilalang. Hime terkejut dengan kedatangan Morgan saat Morgan menyapanya. Morgan bertanya apa yang sedang dilakukan Hime dan Hime menjawab dia tengah menggambar Morgan. Karena Hime menggambar apapun yang dilihatnya. Hime menanyakan kepada Morgan apakah Morgan seorang penyanyi karena dirinya melihat Morgan di televisi. Morgan menjawab iya. Hime mengatakan dia tahu lagu Morgan dan kemudian menyanyikan sebait lagu I Heart You. Morgan mengatakan suara HIme tidaklah buruk. Kemudian Hime melihat seseorang yang biasanya menculik dirinya dan kemudian pamit dengan Morgan. Morgan yang merasa heran kemudian mengikuti Hime.

Hime berhasil ditangkap oleh ‘penculik’ nya yang memaksa Hime masuk ke dalam mobil. Morgan menghentikan orang itu.

“Siapa kamu?” kata orang itu.

“Do you speak bahasa?” tanya Morgan.

“Siapa kamu?!”

“Anda tidak perlu tau siapa saya yang jelas Anda tidak berhak menyentuh perempuan ini!”

“Memangnya kenapa saya tidak boleh menyentuh anak saya sendiri?!” tanya Nobuyuki Suzuki, ayah Hime.

“Is He your father?” tanya Morgan kepada Hime.

“Hime, siapa dia?”

“Kamu bisa bahasa Indonesia?” tanya Morgan lagi.

“He is… bokap gue.” kata Hime sambil tertunduk.

“Kamu dengar ya! Apapun yang dia katakan saya harap kamu jangan percaya begitu saja! Dia ini kamu tau, nakal!........” kata Ayah Hime dan kemudian menyeret Hime paksa masuk ke dalam mobil. Sampai mobil itu pergi Morgan hanya diam, tidak berbuat apa-apa.

Di kampus lagi heboh-hebohnya berita soal Rafael yang menjadi pembantu Candy. Zee dan anak-anak SMASH yang lain terkejut mendengarnya. Tapi anak-anak SMASH tidak bisa mengelak soal berita itu. Apalagi saat mereka melihat Rafael yang berjalan di belakang Candy sambil membawakan tas Candy. Candy menyuruh-nyuruh Rafael seenaknya. Candy menyuruh Rafael mengambil SKS nya dan menaruh tasnya di kelas. Rafael yang awalnya menolak akhirnya tidak bisa berkutik dan menurut setelah Candy memamerkan CD rekaman kemaren. Raka dan Candra juga melihat hal itu. Candra malah berniat merekamnya, tapi Raka malah menganggap hal itu norak dan pergi meninggalkan Candra.

“Ada yang cemburu~” ujar Candra

Di ruang akademik (kayanya gitu), Rafael tanpa antri langsung meminta petugas untuk mengambilkan SKS Candy. Petugas itu bingung Candy yang mana akhirnya bertanya Candy ada di jurusan apa. Rafael yang gampang marah hanya menjawab mana saya tahu (-_-). Petugas yang satunya berkata kalau mungkin saja itu Candy dari band Bubble Gum. Kemudian mereka langsung mengambil SKS yang dimaksud dan memberikannya kepada Rafael. Rafael meneliti SKS itu dan malah marah-marah. Rafael bilang kalau dirinya minta SKS Candy, bukan Srikandi. Tapi akhirnya petugas itu menjelaskan kalau nama asli Candy adalah Srikandi. Hal ini kemudian menjadi bulan-bulanan anak SMASH. Rafael cs mengata-ngatai nama Candy.

“Wei Srikandi.” olok Bisma sambil memainkan SKS Candy. Candy yang merasa malu berusaha merebut SKS nya itu.

“Yailah jangan marah marah toh Sri.”

“Jangan Sri, jangan Sri! Sri itu masih kebagusan! Kenapa engga kita panggil kendi aja!” canda Dicky. Candy yang menjadi bulan-bulanan SMASH dilihat oleh Raka dan Candra. Tetapi Candra malah berpendapat kalau Candy semakin akrab saja dengan anak-anak SMASH. Candra berusaha menenangkan Raka yang terlihat cemburu.

“Sabar bro. Saingan berat.” kata Candra.

Candy yang kesal habis nama aslinya dikata-katai berlari menuju ke tempat favoritenya. Candy kesal dengan namanya yang jadul.

“Jadi nama asli lo Srikandi? Kenapa musti malu sama nama sendiri? Nama Srikandi bagus kok.“ kata Morgan yang muncul tiba-tiba.

“Iya sih. Cuma jurang modern aja.”

“Harusnya lo bangga dengan nama itu. Nyokap bokap lo pasti punya alasan sendiri kenapa ngasih nama Srikandi. Mungkin mereka berharap lo bisa kuat seperti Srikandi.”

“Tapi gue ga ada maksud kok buat ganti nama. Candy itu julukan dari temen-temen gue. Karen ague suka banget makan permen karet.”

“Gue juga suka kok nama Candy. Julukan itu gue rasa cocok buat lo. Karena menurut gue lo cukup manis.” kata Morgan yang kemudian mengusap rambut Candy lembut.

Di kelas, Bisma dan Dicky malah asik dengan dunianya sendiri. Padahal dosen pengganti bernama Sierra (Sierra Soetedjo) sudah datang. Dicky asik menelpon dan Bisma malah tidur. Setelah memperkenalkan diri dosen itu memberitahu kontrak kuliah mereka. Dicky pun kena. Hp nya disita selama mata kuliah berlangsung. Karena Hp harus dimatikan selama masa perkuliahan. Kemudian peraturan lainnya dosen pengganti itu tidak suka ada yang ketiduran. Bisma pun kena. Dicky berusaha membangunkan Bisma dengan menendang kaki Bisma.

“Udah puas tidurnya?” tanya Sierra.

“Ini siapa?”

“Panggil dengan sopan. Saya dosen disini!”

“hah dosen? Cantik kaya lo dan masih muda? C’mon!” kata Bisma.

“Kamu ngerayu saya?!” kata Sierra lagi. Dicky berusaha memberitahu Bisma kalau itu adalah dosen beneran (-_-). Sierra akhirnya bertanya siapa nama Bisma. Bisma kaget dosen itu tidak tahu Bisma Bisma kemudian menyuruh Dicky mendekat dengan dirinya supaya dosen itu tau siapa Bisma. Akhirnya Sierra ingat kalau Bisma dan Dicky penyanyi. Kemudian Sierra menyuruh Bisma menyanyi di depan kelas sebagai hukuman. Walaupun awalnya kaget, tapi Bisma akhirnya menurut. Daripada disuruh bikin essay 100 lembar. Bisma mengambil gitarnya dan kemudian menyanyikan lagu I Heart You Acoustic Version.

Sementara itu di kamar, Candy berpikir apa mungkin dirinya jatuh cinta kepada Morgan. Tapi Candy yakin kalau itu tidak mungkin karena dirinya benci banget sama SMASH. Tiba-tiba Hime muncul. Candy kaget dan kemudian menuduh Hime kabur lagi dari ayahnya. Hime berkata kalau dirinya pengen bertanya sesuatu tenatng cowok. Candy yang kaget akhirnya bertanya siapa cowok yang dimaksud oleh Hime, tetapi Candy juga berkata kalau dirinya juga ingin curhat soal cowok. Candy bercerita kalau cowok itu adalah cowok yang memberinya koin keberuntungan. Candy juga berkata kalau cowok itu adalah anggota boyband SMASH bernama Morgan.

“Bukannya lo benci sama SMASH?”

“Iya sih. Mereka itu belagu-belagu. Sombong-sombong. Tapi Morgan itu beda banget. Dia itu baik banget. Pokoknya setiap gue liat dia hati gue damai banget” kata Candy. Hime curiga kalau cowok yang mereka maksud sama orangnya. Akhirnya Hime bertanya yang mana orangnya kepada Candy. Candy meminta hasil potretan kamera Hime saat battle kemaren. Dan benar saja, orang yang mereka maksud ternyata sama. Candy bertanya siapa cowok yang ingin diceritakan oleh Hime, apakah dirinya mengenali cowok itu. Tetapi Hime berbohong kalau Candy tidak kenal dengan cowok yang ia maksud.

Keesokan harinya Rafael benar dijadikan pembantu seutuhnya oleh Candy. Candy menyuruh Rafael menimba air di sumur, menyuci semua piring, sampai membersihkan gudang rumah mereka. Rafael yang terlihat jijik dengan pekerjaan itu tetap saja mengerjakannya. Sampai bude Candy melihat Rafael sangat lelah. Bude Candy akhirnya menyuruh Rafael beristirahat dan pekerjaan itu biar bude Candy yang mengerjakan. Hal ini diketahui oleh Candy. Candy langsung marah-marah kepada Rafael yang juga tengah memarahi suruhannya karena gagal menemukan Guntur. Candy kemudian memarahi Rafael, tetapi Rafael malah menyebut Candy sebagai kuntilanak. Candy pun memukul perut Rafael sampai Rafael kesakitan. Bude Candy memarahi Candy atas kelakuannya tadi sambil memukulkan tongkat kain pel ke leher Rafael.

Candy akhirnya menyuruh Rafael membersihkan ruang tamu rumahnya yang sangat berantakan. Candy tidak mau tau pokoknya setelah dirinya keluar kamar ruangan itu harus sudah bersih. Rafael mau tidak mau akhirnya membersihkan ruangan itu sampai rapi dan bersih kembali. Candy keluar kamar dan melihat pekerjaan Rafael. Candy tidak menyangka kalau Rafael bisa bersih-bersih juga. Tiba-tiba Candy tidak sengaja menjatuhkan jas Rafael. Candy melihat seutas cincin dan kemudian memakainya karena penasaran. Cincin itu pas ditangan Candy. Tetapi saat Candy ingin mencabut cincin itu, cincin itu tidak bisa terlepas. Sampai akhirnya Rafael datang.

Rafael heran dengan tangan Candy yang disimpan di belakang, terlihat seperti menyembunyikan sesuatu dari dirinya. Saat tau Candy memakai cincin itu Rafael langsung membentak Candy untuk segera melepaskan cincin tersebut. Karena tidak bisa lepas juga akhirnya Rafael membawa Candy ke dapur dan berniat memotongnya dengan pisau (-__-). Bude Candy menyarankan melepas cincin itu dengan sabun. Tetapi hal itu juga tidak berhasil sampai akhirnya Rafael semakin marah dan meninggalkan Candy dan Budenya begitu saja.

Reza memberitahu Bisma kalau penyanyi idola Bisma, Aries akan manggung di café Victoria. Bisma sangat senang mendengarnya.

“Ingat ya! Lo harus ngajakin ngedate dia! Gimanapun orangnya, mau jelek, mau gendut ataupun cantik, lo ngajakin ngedate dia!” tantang Ilham.

“Iya iya, Gue pasti ngajakin ngedate dia, dan gue yakin dia pasti juga mau diajakin ngedate sama gue.” kata Bisma pede.

Esoknya di kampus, Candy yang masih berusaha melepaskan cincin tersebut tidak sengaja menabrak Gladis (Eriska Reina). Eriska meminta maaf dan bertanya apakah tangan Candy terluka. Candy menjawab gapapa dan berkata kalau cincin itu memang tidak bisa lepas dari jarinya. Gladis berkata semoga cincin Candy cepat lepas dan akhirnya Candy meninggalkan Gladis. Tak disangkan Rangga melihat Gladis dan kemudian Rangga membawa Gladis pergi ke suatu tempat.

“Ngapain kamu kesini?”

“Aku kesini mau nyari Rafa. Aku mau minta maaf atas sikap aku yang dulu sama dia. Kebetulan aku disini ada bisnis di Jakarta. Jadi aku sekalian kesini.”

“Bohong kamu, Dis! Pasti kamu taukan soal kepergian Putri yang ninggalin Rafa begitu saja. Makanya kamu balik kesini dan berharap kamu bisa balikan lagi sama Rafa.”

“Kok kamu nuduh aku kaya gitu sih? Aku itu disini mau memperbaiki hubungan aku sama Rafa sebagai teman. Sama kamu juga. Aku tau selama di Australi kamu tuh kecewa sama aku. Tapi apa aku ga berhak temenan lagi kaya dulu?”

Rafael menunggu Candy untuk meminta cincin itu. Candy berkata kalau dirinya belum bisa melepaskan cincin itu. Rafael marah-marah kepada Candy. Mau sampai kapan Candy memakai cincin itu. Candy berkata kalau budenya yakin cincin ini mau lepas kalau mereka membawanya ke orang pintar. Rafael bertanya dimana tempatny dan Candy menjawab di Kalimalang. Tanpa babibu lagi Rafael memaksa Candy masuk ke dalam mobilnya menuju Kalimalang, walaupun Candy berteriak dirinya tidak percaya dengan hal-hal seperti itu. Gladis yang melihat peristiwa itu dari kejauhan jadi penasaran. Ada hubungan apa antara cewek yang bertabrakan dengannya tadi dan Rafael.

Di tengah perjalanan menuju Kalimalang, mobil Rafael dihadang oleh sebuah mobil. Rafael berkata kepada Candy kalau dirinya ada urusan sebentar dan akhirnya keluar dari mobil. Tampak 2 orang bertubuh besar membekap seorang cowok yang ditutup mukanya. Ternyata cowok itu adalah Guntur. 2 orang suruhan Rafael berkata kalau Guntur sengaja tinggal berpindah-pindah agar Rafael tidak bisa menemukan dirinya. Rafael lalu bertanya dimana Putri berada kepada Guntur. Tetapi Guntur menjawab tidak tahu dan hal ini membuat Rafael emosi. Rafael berusaha memukul Guntur tapi Candy mengahalanginya. Rafael berkata kalau Candy tidak perlu ikut campur urusan dirinya. Tetapi Candy malah membela Guntur dengan berkata kalau Rafael mau macam-macam, Rafael juga berurusan dengan dirinya. Rafael yang semakin kesal akhirnya menyuruh semuanya bubar dan pergi meninggalkan Candy dan Guntur sendirian di jalan.

“Lo gak apa-apa kan?”

“Em iya. Gue ga apa-apa kok. Makasih ya lo udah nyelamatin gua. Gara-gara gua lo ditinggalin deh sama ka Rafael.”

“Gapapa kok. Lagian gue juga bisa pulang sendiri. Dianya aja tuh gila pengen ngajak seenaknya. Lagian lo ada masalah apaan sih sama Rafael? Kok dia bisa marah kaya gitu?”

“Engga tau gua. Mungkin dia pikir gua tau keadaan Putri kali.”

“Putri? Siapa tuh?

“Eng Putri itu mantannya ka Rafael waktu SMA.”

“hah? Apa? Orang kaya Rafael punya cewe? Paling tu cewe ga jauh-jauh dari kehidupannya. Orang kayak an?

“ Engga. Justru mereka berdua itu bertolak belakang banget. Putri itu Cuma seorang anak tukang pos.”

“Terus? Terus sekarang Putrinya dimana? Kalau lo gamau cerita juga gapapa kok. Lagian juga itu kan bukan urusan gue.”

“Sebenernya ada yang pengen gue kasih sama ka Rafael. Ini udah gue simpan berbulan-bulan.” kata Guntur sambil menunjukkan sebuah amplop putih.

“Apaan tuh?”

“Tadinya gue mau ngasih ini sama ka Rafael. Tapi gue takut.”

Sementara itu Bisma, Reza, Ilham dan Dicky tengah berjibaku merangsek ke barisan terdepan untuk bertemu dan melihat langsung siapa Aries itu. Tapi mereka susah sekali maju ke depan karena banyak yang ingin menonton Aries. Sampai akhirnya Aries muncul dan menyanyikan sebuah lagu. Saat lagu berakhir baru Bisma cs bisa maju ke depan bertemu Aries.

“Aries, gue Bisma SMASH pengen kenalan sama lo!” kata Bisma. Tapi alangkah terkejutnya Bisma dan Dicky saat tau siapa Aries sebenarnya. Ya. Aries ternyata adalah dosen pengganti mereka. Bisma cs pun memutuskan untuk pergi.

Keesokan harinya di kampus Candy berusaha menemui Rafael.

“Cincin ini buat cewe lo kan? Tapi cewe lo pergi gitu aja tanpa ngasih lo kabar.” kata Candy.

“ Hei gue ga butuh rasa kasian dari lo! Udahlah Candy! Lo ga usah ikut campur soal urusan gue!”

“Siapa juga yang mau ikut campur! Gue juga gamau ikut campur. Tapi sayangnya gue udah terlibat disini. Nih!” kata Candy sambil memberikan surat ke Rafael.

“Apa ini?”

“Itu titipan dari temen lo yang namanya Guntur. Katanya sih itu surat dari Putri!”

BERSAMBUNG


Aih, berakhir pas lagi rame-ramenya zzz. Kira-kira apa ya isi surat dari Putri? Makanya jangan lupa saksikan kelanjutannya di Cinta Cenat Cenut 2 Episode 3 – Good Bye Princess, tayang Sabtu, 17 Desember 2011 hanya di Trans Tv! ^^
Btw, yang nanya judul lagu yang dinyanyikan sama Sierra, itu judulnya The Only One ya ^^ See ya at the next post!

SINOPSIS CINTA CENAT CENUT Season 2 - Episode 1 WE’RE BACK

SINOPSIS CINTA CENAT CENUT Season 2 - Episode 1 WE’RE BACK



Setelah vakum dari dunia entertainment selama satu tahun lebih, akhirnya boyband SMASH memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan memulai karir mereka kembali. Bahkan sekarang mereka sudah masuk di salah satu universitas ternama di Indonesia, yakni Toro University yang notabene merupakan universitas milik keluarga mereka sendiri. Kedatangan SMASH ini mengundang banyak perhatian baik dari kalangan media, SMASHBLAST maupun para petinggi mahasiswa di Toro University sendiri. Kebanyakan dari mereka penasaran apa yang membuat SMASH kembali. Karena seperti yang diketahui personil SMASH sebelumnya ada yang kuliah di luar negeri dan ada pula yang bersolo karir. Pertanyaan yang paling besar adalah mengapa SMASH memilih melanjutkan pendidikan mereka di Toro University. Isu yang beredar mereka tengah disiapkan untuk melanjutkan bisnis keluarga besar mereka yakni, Toro Group.

Salah satu yang antusias menyambut kedatangan SMASH adalah Sisi (Tiara Sumiarto). Sisi mengatakan pada mahasiswa-mahasiswa kalau SMASH datang mereka jangan berlebihan, sewajarnya saja, dan jangan pakai cakar-cakaran segala (ini sepertinya meefek sesuatu. hakakaka). Lain lagi dengan petinggi Toro University. Mereka semua berkumpul di depan universitas untuk menyambut kedatangan Rafael cs. Petinggi Toro University dan staff yang lainnya sangat senang dan bangga karena boyband sekelas SMASH bisa masuk di universitas mereka. Apalagi SMASH ini adalah anak-anak dari keluarga Rudiantoro, pemilik kampus mereka. Zee (Zanetta Georgina) awalnya bingung mengapa anak-anak pada rebut berkumpul di depan. Tapi setelah SMASH datang dia langsung tahu dan tersenyum.

SMASH akhirnya datang dan memasuki gedung universitas. Rafael tentu saja memimpin kedatangan SMASH di barisan terdepan. Petinggi University menyambut mereka dengan ramah, menyatakan kebanggan mereka tetapi tak satupun dihiraukan oleh Rafael maupun anggota SMASH lainnya. Mereka cuma bisa bersabar, pasalnya mereka anak pemilik kampus. Kalau ditindak lanjuti kan gawat. Zee pun menghampiri SMASH dan mulai berbicara kepada Rafael.

“Raf, aku tau kok apa yang membuat kamu jadi kaya gini. Kamu pasti belum bisa ngelupain si Putri kan? Aku udah bilang Raf dari dulu kalau Putri tuh ga bener-bener cinta sama kamu. Dia tuh mau cari popularitas aja. Sekarang kamu liat deh, dia bisa seenaknya aja kan pindah dari Jakarta. Bukan cuma itu aja…”

“Zee! Jangan sekali-sekali lo ngomong kaya gitu depan gue! Apalagi kalo lo ngomongin Putri! Lo tuh ga berhak ngomongin dia! Ngerti?!” potong dan bentak Rafael. Rafael pun pergi meninggalkan Zee dan personil SMASH yang lain. Zee pun cuma bisa diam.

“Yah, dia ngambek lagi. Biarin aja. Dia memang kaya gitu orangnya.” kata Reza sambil menggandeng Zee pergi.

Sementara itu terlihat 2 motor sport (intinya itu motor ya) terpakir di halaman kampus. Tampak dua orang cowok sedang melepas helm dan jaketnya. Tiba-tiba salah satu dari mereka ditutup matanya oleh seseorang.

“Pasti ini cewe tengil.” kata cowok itu.

“huh terus aja panggil gue tengil.” balas cewek itu.

“lah emang lo tengil kan?” balas cowok itu lagi, tidak mau kalah. Akhirnya cowok itu Cuma dapat satu getokan di kepalanya. Cewek itu pamit duluan meninggalkan mereka. Tetapi cowok tadi kembali memanggil cewe itu dan melemparkan satu kaleng kopi. Cewek itu dengan sigap menangkapnya dan mengucapkan terima kasih. Cowok tadi tersenyum mendengarnya.

“Gitu doang nih nyali lo sama Candy? Ayolah Rak! Lo suka kan sama dia? Buruan lah tembak! Mumpung ga ada yang punya!” kata cowok satunya. Namanya Candra (Aira Sondang).

“Apaan sih. Gue sama dia itu cuma temen.” balas cowok yang bernama Raka (Joshua Otay).

“Alah, temen apa demen lo?”

“Yeee serius.”

“Preet!” kedua cowo itu saling kejar dan saling… itu loh bercanda kaya anak laki-laki biasanya -_-a

Sementara itu Sisi sedang diminta pertolongannya oleh mahasiswi yang lain untuk memberikan kue buatannya ke Rafael. Sisi pun mengiyakan. Rafael lewat dan tak sengaja Sisi mendorong temannya itu sampai kue yang dibawanya menimpa dan mengotori baju Rafael. Alhasil Rafael pun marah besar. Rawr rawr *eh. Cewek yang bernama Candy (Faby Marcelia) melihat kejadian itu. Merasa kesal dan kasian, akhirnya Candy melemparkan kaleng minuman dari Raka tadi ke arah Rafael.

“Eh! Lo yang lempar kaleng ke gue?!” tunjuk Rafael ke Candy.

“Sorry. Gue pikir ada tempat sampah disitu.”

“Apa lo bilang? Tempat sampah?!”

“Iya! karena lo ga ada bedanya sama tempat sampah! Liat cewe itu. Dia itu udah susah-susah bikinin cake buat lo, tapi apa balasan lo?!”

“Candy, lo berani-beraninya kaya gitu sama Rafael! Lo gatau Rafael itu siapa?” kata Zee.

“SMASH? Siapa sih yang ga kenal sama SMASH? Boyband tenar sekaligus pemilik kampus ini. Heh, lo pikir gue respect sama mereka? Kalau misalkan mereka mau gue respect sama mereka, mereka harusnya bisa respect sama fansnya sendiri.”

“Oiya, memang lo tau bagaimana semua tentang SMASH?” tanya Zee.

“Mereka itu ga lebih dari cowok manja yang kaya yang haus sama ketenaran!” jawab Candy.

“Heh! Lo jangan macam-macam ya!” kata Rafael marah.

“Heh! Ada apaan sih?” kata Raka datang menghampiri Candy bersama Candra.

“Lo bilangin ya sama temen lo bilang gak usah belagu! Kalau kalian bertiga gak mau dikeluarin dari kampus ini, lo tuh harusnya bisa respect sama anak-anak SMASH!” kata Zee.

“Apa? Dikeluarin? Coba aja kalau berani! Eh, gue ingetin sama lo lo pada ya! Kita ini senior lo!”

“Udah udah deh Rak. Kita ga perlu kasih tau mereka kalau kita ini seniornya. Yang mereka mesti tau, kita itu adalah Antis! Anti SMASH! Kita tuh fobia banget sama cowok-cowok yang kaya, yang manja dan Cuma ngandelin kekayaannya demi dipandang orang!”

“Sorry ya! Gue ga peduli lo Antis apa bukan. Yang pasti gue ga punya waktu buat ngomong sama lo, lo, lo juga! Ngerti?!” bentak Rafael yang kemudian pergi berlalu.

Candy ngomel-ngomel dengan kejadian tadi. Candy mengeluarkan omelannya dan menyatakan ketidaksukaannya sama Rafael cs. Raka berusaha menenangkan Candy. Candra menggoda Candy kalau Candy suka sama personil SMASH. Candy tentu saja menolak dibilang seperti itu. Raka bilang kalau si Candy suka sama cowok yang gayanya rocker. Candra tidak kehabisan akal. Dia sekarang berbalik menggoda Raka.

“Jadi ya elo gitu? Emang lo rocker?” Goda Candra. Raka diam tidak berkutik. Akhirnya Candy mengakhiri semua ini dan memutuskan untuk memulai latihan. Di tengah-tengah latihan Raka selalu saja salah saat lagu memasuki bagian yang nge-rock. Candy gusar dan akhirnya memutuskan pergi dan mengakhiri latihan hari itu.

Candy pergi ke sebuah balkon yang menghadap ke arah sebuah danau. Candy berteriak melampiaskan semua kekesalannya. Candy gusar karena bandnya yang begitu payah. Candy cemas dan gak pengen industry music Indonesia dikuasai sama boyband. Apalagi boyband kaya SMASH. Candy bener-bener ga rela! Sampai akhirnya Morgan yang kebetulan juga ada di tempat yang sama datang menghampiri Candy.

“Gue heran. Kenapa di tempat yang tenang seperti ini masih ada orang yang ngomel-ngomel sendirian?” kata Morgan.

“Gue? Ya terserah gue dong! Gue udah sering di tempat ini kok. Jadi sebelum lo, gue duluan yang tau tempat ini! Lo yang seharusnya ga ada disini.” kata Candy.

“Oh, jadi ini tempat privasi lo? Sorry kalau gue ganggu. Gue cari tempat lain aja.” Kata Morgan. Tapi Candy mencegahnya. Candy berkata kalau dia saja yang pergi. Karena tempat itu cukup tenang. Tetapi Morgan malah pergi dan membiarkan Candy sendirian disana. Candy heran, mengapa dia canggung bertemu Morgan dan ga ngerasa benci sama sekali.

Di lain tempat anggota SMASH yang lain bersama Zee berusaha menghibur Rafael yang tengah patah hati ditinggal Putri. Mereka menasehati Rafael supaya bisa Move on dan cari cewek lain. Bahkan Bisma menyarankan Candy sebagai cewek Rafael selanjutnya. Reza mengingatkan kalau Candy itu adalah Antis, bisa gawat kalau Rafael mendekatinya sedikit saja. Menurut Zee, Candy itu nothing. Cuma Candy beruntung karena orang tuanya adalah orang yang mengabdi lama di Toro University sehingga bayaran kuliahnya tidak terlalu mahal. Zee juga berkata bahwa orang tua Candy sudah meninggal. Anak-anak SMASH yang lain kaget mendengarnya.

Ilham berkata kalau Candy itu mirip sama Putri. Member yang lain membenarkan perkataan Ilham tapi tidak dengan Rafael. Bagi Rafael tidak ada cewek manapun yang sama sama Putri. Rafael juga mengingatkan kalau dia tidak akan pernah jatuh cinta lagi sama cewek lain. Karena dia yakin suatu hari nanti Putri akan balik lagi sama dia. Rangga protes akan sikap Rafael yang selalu tersinggung kalau member SMASH lain membahas soal Putri. Tapi Rafael malah tambah marah dan pergi meninggalkan yang lain.

Candy pulang ke rumahnya dan langsung disambut oleh budenya (Mbo Pur). Budenya sangat antusias untuk mendengar cerita dari kampus Candy dan bertanya apakah Candy sudah bertemu SMASH apa belum. Candy tentu saja kesal secara Candy itu antis. Tak berapa lama Raka menelpon Candy memberitahu kalau band Bubble Gum diundang ngeband di salah satu café. Candy senang bukan main. Karena impiannya menjadi musisi mulai terwujud. Tetapi budenya malah menyarankan supaya Candy dekat sama SMASH saja. Candy menolak dan berlalu membiarkan budenya ngomong-ngomong sendiri.

Di lain tempat Morgan datang ke pemakaman Mamanya yang telah genap setahun meninggal. Morgan mencurahkan isi hatinya yang kangen sekali dengan sosok mamanya yang selalu mengerti dirinya, apalagi soal Putri. Morgan berkata kalau dia lah orang yang paling sedih karena ditinggal Putri. Morgan yakin kalau mamanya di surga sana tau dimana keberadaan Putri sekarang. Tiba-tiba Morgan dari atas bukit tempat mamanya disemayamkan, melihat seorang perempuan cantik dikejar-kejar dan ditangkap oleh seseorang, kemudian dibawa pergi dengan sebuah mobil. Morgan penasaran tetapi malah memilih untuk diam lalu pergi.

Anak-anak SMASH berkumpul di sebuah café dan sedang menunggu kedatangan Rafael. Karena sebentar lagi mereka akan tampil di program The Hits. Tetapi saat Rafael datang, Rafael malah berkata kalau dirinya tidak akan ikut perform karena alasan tidak mood. Member SMASH yang lain tentu saja protes karena mereka tidak enak dengan pihak The Hits nya yang sudah menyiarkan kalau SMASH akan tampil. Morgan yang paling tidak terima dengan perubahan sikap Rafael semenjak ditinggal Putri akhirnya malah beradu mulut dengan Rafael. Rafael berkata kalau member SMASH yang lain bisa mengeluarkannya sekarang. Hal inilah yang membuat Morgan semakin marah dan berkata bahwa SMASH akan tetap jalan dengan ada atau tidaknya Rafael.

Band Candy ternyata manggung di café yang sama dengan café dimana Rafael menyendiri. Rafael teringat dengan kenangan-kenangannya bersama Putri. Hal itu semakin membuat Rafael sedih apalagi saat dia membuka kotak cincin yang di dalamnya terdapat foto mesra dirinya bersama Putri. Band Candy membawakan lagu bertema patah hati yang sangat jleb bagi Rafael. Merasa tersinggung, akhirnya Rafael memanggil pemilik café dan membeli café tsb. Rafael meminta agar band Candy dipecat karena telah mengganggu dirinya. Pemilik café itu pun menghentikan show Candy ditengah-tengah. Mendengar alasan mengapa performance mereka dihentikan, Candy langsung menghampiri Rafael dan memaki-makinya. Namun Rafael tidak membalasnya karena sudah merasa menang dengan kekuasaan yang dia punya.

Keesokan harinya Bisma cs menghampiri Rafael. Mengabarkan kalau semalam mereka tidak jadi tampil di The Hits karena mereka sepakat kalau SMASH tidak akan berjalan tanpa Rafael dan bersedia menunggu Rafael kapanpun sampai Rafael siap. Tiba-tiba Raka datang bersama Candra dan langsung menonjok Rafael. Raka memaki Rafael yang begitu sombong dengan kekuasaannya. Anak-anak SMASH yang lain tidak tinggal diam, mereka membela Rafael tentu saja. Merasa kalah jumlah, akhirnya Raka cs memutuskan untuk menunda perkelahian itu sampai sore nanti di belakang kampus. Rafael yang merasa tertantang menerima tawaran tsb. Rafael yang sebenarnya takut dengan ancaman Raka, memerintahkan anak-anak SMASH yang lain ikut membantu dirinya melawan Raka. Termasuk Morgan.

“Ah gila! Dia yang ada masalah kenapa jadi kita yang kena?” kata Dicky heran.

“Udahlah, kita hajar aja ntar sore!” kata Bisma

Sorenya, Rafael cs akhirnya jadi meladeni permintaan Raka dan Candra yang ternyata membawa bala bantuan dari 5 preman Tanah Abang. Rafael cs siap meladeni perlawanan Raka termasuk Dicky yang siap dengan payungnya (-_-_-). Perkelahian pun tak terelakkan, Rafael dan Raka saling tonjok menonjok begitu juga dengan member SMASH yang lain. Kecuali Dicky yang terkantuk-kantuk bersama payungnya menunggu perkelahian itu usai (Good job dicky!). Perkelahian pun dimenangkan oleh Rafael cs. Raka dan Candra heran dengan kekalahan mereka dan cuma bisa mengadu kepada Candy setelahnya.

Candy merasa tidak terima dengan perlakuan Rafael dan yang lainnya. Menurut Candy seharusnya untuk membuktikan siapa yang lebih hebat bukan dengan adu fisik, tetapi adu bakat. Rafael pun meladeni usulan Candy itu. Rafael menantang Candy agar mereka battle di The Hits Trans Tv dan pemenangnya ditentukan melalui polling SMS. Dengan perjanjian kalau boyband SMASH yang menang, Candy akan jadi pembantuk Rafael selama seminggu. Jika band Candy yang menang, Rafael lah yang jadi pembantu Candy. Candy yang awalnya ragu akhirnya menerima tantangan Rafael untuk bertanding minggu depan.

Candy pergi dan meluapkan kebegoannya menerima tantangan Rafael. Tak berapa lama Morgan datang menghampiri Candy. Morgan bertanya mengapa Candy menerima tantangan Rafael kalau Candy sendiri tidak yakin dengan hasilnya. Morgan mengingatkan Candy kalau Rafael akan berusaha sekuat tenaga untuk menang. Morgan berharap kalau Candy akan berusaha sama kerasnya untuk mengalahkan SMASH. Candy pun menyatakan keyakinannya kalau dia dan bandnya akan mengalahkan boyband Rafael. Kemudian Morgan memberikan koin yang ia terima dari kenalannya sewaktu di Perancis dulu. Morgan berkata kalau koin itu bisa memberikan efek tenang. Candy pun menerima koin pemberian Morgan itu dan berterima kasih.

Malamnya di depan kampus, tanpa sengaja Morgan melihat Hime (Aelke Mariska), gadis yang dia lihat di pemakaman tempo hari. Morgan mengajak Hime berbicara dengan bahasa Inggris. Morgan bertanya apakah Hime mahasiswa di Toro University. Hime menjawab tidak, dia sedang menunggu temannya. Hime yang merasa asing dengan Morgan bertanya siapa Morgan. Morgan menjawab kalau dirinya mahasiswa di universitas Toro. Morgan yang penasaran dengan kejadian di pemakaman yang menimpan Hime. Hime menjelaskan kalau itu musuhnya yang berniat menculik dirinya. Karena sudah malam Morgan pun menawarkan diri untuk mengantar Hime pulang. Namun Hime menolak karena dia sedang menunggu temannya. Morgan pun akhirnya pamit dan pergi. Tak berapa lama Candy sahabat Hime datang. Hime berkata kalau dirinya ingin menginap lagi di rumah Candy. Candy pun mengiyakan dan akhirnya mereka berdua pulang bersama.

Candy tengah bersiap-siap dengan performnya malam ini untuk menantang boyband Rafael. Sementara Hime sedang asik mengabadikan pose Candy dengan kameranya. Candy protes tapi akhirnya berkata kalau Hime harus memotret dirinya sewaktu manggung nanti. Hime melihat sebuah koin dan bertanya tentang koin tsb kepada Candy. Candy menjelaskan kalau itu adalah koin keberuntungannya. Hime tertawa dengan sifat kekanak-kanakan sahabatnya itu. Bude Candy datang menyatakan kesenangannya karena keponakannya akan masuk Tv bersama SMASH. Candy dan Hime mengingatkan budenya untuk mengirim sms dukungan untuk Candy bukan untuk SMASH. Budenya yang berbekal 100 sms gratis berkata bahwa dia akan mengirim 50 sms untuk mendukung Candy, 49 untuk SMASH, dan 1 untuk dirinya sendiri.

The Hits Trans Tv pun mulai. Banyak penonton yang menyaksikan baik langsung di studio maupun di rumah seperti bude Candy. Pembawa acara The Hits John Martin dan Ayu Hastari mengumumkan bahwa hari ini akan ada band yang menantang boyband sekelas SMASH, dan mengumumkan kalau hasil penentuan siapa yang terbaik akan ditentukan melalui polling SMS. Walaupun ragu dengan hasilnya tetapi battle itu tetap jalan dimulai dengan penampilan SMASH yang membawakan lagu Ahh. Hime yang melihat dari bangku penonton terkejut melihat sosok Morgan di atas sana. Semua penonton pun bertepuk tangan setelah penampilan SMASH usai. Kemudian disusul dengan penampilan Bubble Gum. Sebelum perform Candy mengeluarkan koin pemberian Morgan dan menggenggamnya.

Kemudian band Candy pun membawakan lagu KOTAK – Beraksi dengan apik. Candy sangat tenang dan tidak gugup. Member SMASH pun menikmatinya kecuali Rafael yang mulai gelisah dengan penampilan Candy cs yang memuaskan. Tepuk tangan pun mengalir deras untuk Candy, Raka dan Candra.

Tak berapa lama polling sms pun diumumkan. Salah seorang kru membawakan sebuah kertas berisi hasil polling ke kedua presenter tsb. Baru melihat kertasnya saja, John dan Ayu terkejut dengan hasilnya. Sempat tidak percaya tetapi akhirnya mereka berdua mengumumkan kalau Band Candy lah yang menang. Candy cs pun senang, bahagia, gembira bukan main. Termasuk budenya yang menyaksikan penampilan Candy di rumah. Acara pun berakhir dan kedua presenter The Hits tsb memberikan selamat mereka kepada Candy. Rafael yang kalah berlalu pergi meninggalkan Candy dan hanya Morgan yang mengucapkan selamat atas keberhasilan Bubble Gum. Candy berterima kasih dan tidak lupa mengembalikan koin yang diberikan Morgan. Morgan tersenyum dan berkata kalau koin itu untuk Candy saja.

Keesokan harinya saat SMASH sudah datang dengan mobil mewah mereka, Candy mengumpulkan anak-anak dan memberikan suatu pengumuman.

“Perhatian! Perhatian! Gue Candy dari Bubble Gum. Gue mau ngasih pengumuman yang penting banget! Semalam band gue berhasil ngalahin SMASH! Dan mulai sekarang Rafael Rusdiantoro adalah pembantu gue selama seminggu!!”

BERSAMBUNG

--------------------------------

Whoaaa akhirnya sinopsisnya selesai. Walaupun kepala cenat cenut ngetiknya, tapi akhirnya selesai jua *berurai air mata*
Btw. Suara Candy di CCC Season 2 episode 1 ini adalah suara asli Faby Marcelia sendiri lho. Wow! Ga nyangka sih SMASH kalah tapi malah bikin ceritanya jadi makin seru. hihi. Kira-kira gimana ya nasib Rafael jadi pembantu Candy selama seminggu? Jawabanny hanya di Cinta Cenat Cenut Season 2 setiap hari Sabtu pukul 20.30 WIB hanya di TRANS TV! ^^

Kamis, 08 Desember 2011

Me Love Is Back

Me Love Is Back


Suasana di SMA Bintang Jakarta Pusat, yang merupakan salah satu SMA favorit di Jakarta sudah ramai dipenuhi murid-murid baru yang baru diterima di sekolah itu. Hari itu hari pertama MOS dimulai, semua murid sudah bersiap-siap untuk menerima semua perlakuan dari sang kakak kelas. Tak terkecuali Silvi cs, mereka juga sudah siap berdiri di tengah lapangan mendengar arahan dari si Ketua Osis.

“Selamat Pagi adek-adek! Selamat datang di SMA Bintang. Hari ini kita akan memulai MOS hari pertama. Sebelumnya kenalkan saya Raditya Ega Nugraha Ketua Osis SMA Bintang. Oke tidak usah lama-lama saya rasa cukup. Langsung saja kita buka MOS untuk tahun ini” kata Radit panjang lebar.
Prok prok prok, tepuk tangan semua murid pun membahana.
“Untuk selanjutnya saya serahkan pada kak Rafa biar mengkoordinir semua kelas” lanjut Radit.
Rafa pun masuk ke lapangan dan menghadap semua murid baru. “Selamat Pagi adek-adek” “Pagi kak!”sahut semua murid kecuali Silvi, yang kelihatannya udah gak suka sama Rafa.
“Kenalkan nama saya Rafabit Tanubrata, singkat saja Rafa. Ok langsung saja, untuk kelas X2 akan dibina oleh saya sendiri sama kak Radit. Dan sekarang bagi yang masuk kelas X2 harap mengikuti saya, untuk yang lain harap mengikuti kakak pembinanya masing-masing” kata Rafa.

@kelas X2
Semua murid pun langsung duduk di tempat masing-masing tapi Silvi malah belok ke toilet. Alhasil dia bakal telat masuk kelas.
“Halo adek-adek, sudah pada masuk semua kan?”tanya Rafa.
“sssttt, si Silvi mana?”bisik Elsa pada Aura.
“Tadi sih katanya mau ke toilet dulu, tapi mana ya kok belum balik?”Tanya Aura balik.
“Aduh mana tu anak, bisa kena tu ntar”kata Elsa.
Toktoktok, “Maaf kak, saya telat” kata Silvi.
“Silvia” kata Radit dengan lirih.
“Abis darimana kamu? Belum apa-apa udah telat. Siapa nama kamu?” sahut Rafa.
“Udahlah Raf, biarin suruh masuk aja kasian” kata Radit.
“Gak bisa gitu dong Dit, dari mana kamu?” Tanya Rafa sekali lagi pada Silvi yang udah pengen beranjak aja dari situ.
“Dari toilet. Kenapa sih, gak boleh?” jawab Silvi judes, “Gue boleh duduk kan sekarang?” lanjut Silvi yang langsung menuju ke tempat duduknya.
“Eh, siapa yang nyuruh loe duduk? Gue bilang maju sekarang juga!” bentak Rafa yang sudah mulai emosi.
“Udahlah Raf, biarin wajar dong masih baru juga ntar juga gak bakalan telat lagi” lerai Radit yang membela Silvi.
“Apaan sih loe Dit, malah belain dia” kata Rafa sewot.
“Yauda adek-adek kita istirahat dulu, 30 menit lagi kalian sudah harus ada di kelas” kata Radit dengan bijak.
“iihh, kak Radit bijaksana banget ya” kata Elsa senyum-senyum sendiri.
“ah loe Sa, suka loe sama kak Radit?” Tanya Aura.
“Hehe ya gitu deh, udah ah kantin yuk” ajak Elsa.
“Yaudah yuk” sahut Silvi dan Aura.

@Ruang Osis
“Tu anak keterlauan banget sih, untung aja cewek klo gak udah gue abisin tu tadi dia” kata Rafa kesal.
“Loe tu seharusnya bisa nahan emosi Raf, gak enak dong masih awal udah berantem kayak tadi” kata Radit.
“Loe kok dari tadi belain dia sih, seharusnya loe sebagai ketua Osis yang tegas dong kasih hukuman buat anak yang gak disiplin” protes Rafa.
“Bukannya gitu, gue tu cuma...”
“Cuma apa??”
“Dia itu mantan gue Raf, dulu gue sayang banget sama dia dan sampe sekarang pun gue gak bisa lupain dia” akhirnya Radit pun menceritakannya pada Rafa.
“Apa? dia mantan loe? Tapi kan loe juga gak bisa gitu Dit, loe tu harus adil sama semuanya jangan cuma karena dia mantan loe terus loe bebasin dia dari hukuman gitu” protes Rafa.
“Tapi gue gak bisa, gue gak tega” kata Radit dengan kepala tertunduk.
“Eh, katanya ada masalah ya di X2? Ada apa sih? Katanya loe Raf sampe berantem gitu sama siswa baru” Tanya Viska yang tiba-tiba datang.
“Loe Vis, ngangetin aja deh” kata Rafa.
“Lho Dit, kenapa loe?” Tanya Viska lagi.
“Vis, loe bisa gabung sama kita kan di X2? Kita kan cowok-cowok mesti ada penengahnya ini apalagi anak baru yang berantem sama gue itu kan cewek. Yaya?”
“Terus yang di X5 siapa? Masa cuma Noval doang sih”
“Ya ntar gue suruh yang lain”
“Oh yauda, sekarang suruh pada masuk aja” suruh Viska
“Iya, yauda yuk. Dit, hapus air mata loe” kata Rafa sebelum beranjak.
“Iya, thanks bro”

@kelas X2
“Eh Sil, kok tadi kak Radit tau nama loe sih? Udah kenal ya?” Tanya Aura
“Mana gue tau, ngefans sama gue kali dia makanya dia cari tau soal gue” jawab Silvi dengan pedenya.
“Iihh, GR banget loe Sil” kata Elsa
Kakak-kakak pembina pun memasuki kelas. “Hay adek-adek, udah pada masuk semua kan?” Tanya Viska.
“Sebelumnya kenalkan saya Viska, saya akan jadi pembina kalian juga”
“Centil” kata Silvi pada kedua sahabatnya.
“Ssstt kalo ketauan kena lagi loe” kata Elsa
“Biarin, bodoh amat”
“Eh, kalian berdua malah ngomong sendiri bukannya dengerin” bentak Viska
“Maaf” jawab Viska pendek.
“Enak banget ngomong maaf, sekarang maju kalian berdua” kata Viska
“Gitu aja marah, dasar centil”
“Apa loe bilang? Cari masalah sama gue loe? Cepet maju” perintah Viska
“Tu kan Dit, gue bilang juga apa. Mantan loe tu emang udah keterlauan” bisik Rafa pada Radit yang takut kedengaran sama yang lain. Sedangkan Radit diam tak menanggapinya.
“Yauda Sil, Ra kita maju ja ntar si centil malah tambah marah lagi” kata Silvi pada kedua sahabatnya
“Eh gue gak ikutan ya” protes Aura
“Ah loe Ra, kita itu satu genk jadi loe harus ikut. Ayo cepet” kata Elsa
“Eh, apa loe bilang? Cepet maju gak sekarang atau kalian mau aku tambah hukumannya?” kata Viska dengan penuh emosi.
“Iya iya, bawel” kata Silvi.
Silvi cs pun maju ke depan dengan sangat terpaksa. Dan Viska berjalan di depan mereka dan berhenti di depan Silvi, “mau loe apa sih? Masih kelas 1 juga udah buat masalah gimana ntar kalo udah kelas 3 tambah berkuasa aja loe” bentak Viska yang membuat seisi kelas terdiam membisu.
“Gak ada kok” jawab Silvi dengan enteng.
“Terus apa maksud loe belum-belum udah bikin ulah gini? Haah?”
“Udah dong Vis, biarin aja kasian” kata Radit yang tiba-tiba membela Silvi cs.
“Gak bisa gitu dong, kalo mereka dibiarin terus kayak gini bisa-bisa tambah ngelunjak mereka” protes Viska pada Radit.
“Iseng”
“Apa loe bialng? Iseng? Sekarang juga kalian bertiga lari keliling lapangan 10 kali” perintah Viska pada Silvi cs.
“What??” Elsa dan Aura pun langsung lemas mendengar itu.
“Iya cepet sana. Dan kak Radit yang akan jaga kalian”
“Hmm gak papa deh, yang penting ada kak Radit yang jagain” bisik Elsa pada Aura dengan senyum-senyum sendiri.
Silvi cs akhirnya dengan terpaksa menuruti perintah Viska, dan mengikuti Radit menuju ke lapangan.

@Lapangan
“Yauda sekarang kalian lari aku tunggu di sini” kata Radit pada Silvi cs
“Tapi kak, kan capek” kata Elsa sambil nunujukin ekspresi melas yang langsung dianggukin sama Aura. Sedangkan Silvi hanya berdiri mematung.
“Aku gak mau tau ya kalo kak Viska liat kalian gak mau lari” kata Radit
“Egois” kata Silvi dengan lirih
“Kamu bilang apa Silvia?” Tanya Radit
“Gak, yauda guys ayo kita lari” ajak Silvi pada Elsa dan Aura.
Akhirnya mereka bertiga pun lari. Dan Radit hanya duduk terdiam sambil terus melihat ke arah wajah Silvi. Sampai-sampai dia pun gak sadar kalo Silvi udah selesei larinya.
“Huft, capeek. Kak kita udah nie” kata Elsa sambil ngos-ngosan
“Iya kak, sekarang kita udah boleh balik ke kelas kan?” Tanya Aura yang tidak ditanggapi oleh Radit yang masih melamun.
“Nie anak kenapa sih liatin gue mulu?” Tanya Silvi pada dirinya sendiri.
“Kak Radit...” panggil Elsa sambil melambaikan tangannya di depan wajah Radit
“Eh iya iya, kenapa? Udah selesei ya?” kata Radit dengan gelagapan
“Udah dari tadi kali, gak profesional banget” kata Silvi dengan sewot, “Yauda yuk kita balik ke kelas aja” ajaknya pada kedua sahabatnya.
“Iya, sekarang kalian ke kelas aja sambil nunggu penutupan MOS” suruh Radit.
Silvi cs pun menuju ke kelas dan diikuti oleh Radit di belakangnya.
PENUTUPAN MOS @lapangan
Semua murid baru sudah siap berkumpul di tengah lapangan. Dan siap memulai acara penutupan MOS.
“Selamat sore adek-adek! Akhirnya selesei juga tugas kita para OSIS untuk membina kalian. Sebelumnya maafkan kakak-kakak OSIS ya kalo selama pembinaan terlalu keras sama kalian. Dan semoga kita bisa menjadi warga SMA Bintang yang kompak dan bersatu memajukan sekolah ini. Langsung saja MOS untuk tahun ini resmi ditutup. Selamat datang untuk adek-adek semua. Itu saja yang saya sampaikan. Terima kasih” jelas Radit dengan panjang lebar diikuti dengan tepuk tangan dari semua yang hadir saat itu.
“Yeah, akhirnya selesei juga” kata Aura
“Iya nie, yauda pulang yuk” ajak Elsa pada Aura dan Silvi

Keesokan harinya @sekolah
@X2
“Pagi guys” sapa Silvi pada kedua sahabatnya
“Eh baru dateng loe” kata Elsa
“Iya tadi rada macet”
“Eh tadi pagi gue liat kak Radit lho, ih tambah cakep aja deh” puji Elsa pada Radit dengan senyum-senyum sendiri
“Ish, cowok kayak gitu disukai” kata Silvi dengan jijik
“Ah loe Sil, gak bisa liat sahabat seneng dikit” sewot Elsa
“Sil, loe sama kak Radit pernah ada hubungan ya? Kok dari awal MOS kayaknya kak Radit tu udah kenal ma loe” Aura yang udah mulai curiga dengan Silvi dan Radit.
“Iya, bener banget loe Ra. Emang iya Sil?” Tanya Elsa
“Eh, apaan sih kalian? Sok mau interogasi gue”
“Bukannya gitu Sil. Kita kan sahabat, cerita-cerita dong. Loe dulu punya hubungan kan sama kak Radit?” Tanya Aura sekali lagi.
“Hmm,, iyaa tapi dulu waktu gue kelas 2smp” Silvi pun mengaku pada mereka
“Haah? Jadi bener? Berarti kak Radit tu mantan loe dong?” Tanya Elsa dengan suara yang cukup bisa didengar oleh seisi kelas
“Hush, jangan keras-keras. Iyaa Elsa cantik. Kenapa sih?” jawab Silvi
“Pantesan waktu itu kayaknya kak Radit belain loe terus” kata Elsa
“Bukan kayaknya lagi, tapi emang iya dodol” kata Aura
“Udah ah, ngapaen sih bahas dia” Silvi yang udah eneg mendengar mereka ngomongin Radit.
“Loe pengen balikan gak sama kak Radit? Kalo iya, kita bakal bantu lho” tawar Aura pada Silvi yang langsung kaget mendengarnya.
“Heeh? Apaan sih loe Ra? Ogah deh” tolak Silvi atas tawaran Aura.
“Loe beneran gak mau? Gue gak papa kok, kalo loe balikan sama kak Radit” kata Elsa
“Hm, tauk deh” kata Silvi sambil berlalu meninggalkan kelas.
@XI IPA2
“Dit, loe mau gue bantu buat balikan sama Silvi?” Tanya Rafa pada Radit yang banyak diamnya sejak ketemu kembali dengan Silvi.
“Eh, apa? Balikan?”
“Iya, loe sama Silvi. Mau gak?”
“Tapi kalo dia gak mau gimana?”
“Kan belum dicoba. Baru tau gue si KETUA OSIS Raditya Ega Nugraha cemen kalo ngadepin cewek” kata Rafa meremehkan Radit.
“Apa loe bilang? Enak aja”
“Emang iya kan? Gimana mau gak? Gue gak bakalan nawarin lagi lho ya”
“Eh, iya deh gue mau. Tapi gimana caranya loe?” Tanya Radit yang gak yakin kalo Rafa bisa bantu dia balikan dengan Silvi.
“Tenang aja gue udah tau kok gimana caranya. Loe tinggal tunggu hasilnya aja” kata Rafa dengan yakin
“Yakin loe?”
“Iya, yauda gue mau ke kelasnya Silvi dulu”
“Mau ngapain loe?” Tanya Radit
“Mau ngejalanin rencana gue. Udah deh loe tunggu aja di sini” perintah Rafa
Radit hanya terdiam duduk di kelas sambil menunggu hasil yang sudah dijanjikan oleh Rafa meskipun dia gak yakin.

@X2
Rafa melihat Elsa dan Aura hanya berdua. Tapi si Silvi gak ada, itu merupakan kesempatan Rafa buat ngejalanin rencananya.
“Hay gils” sapa Rafa dengan gayanya yang sok kegantengan.
“Eh kak Rafa, mau cari Silvi ya? Silvi nya gak ada tu keluar barusan” sahut Elsa
“Gak kok. Gue ke sini mau cari kalian” kata Rafa
“Yang bener kak? Ada apa? Kayaknya penting gitu” kata Aura
“Iya, gini lho. Gue tu mau bantu Radit buat balikan sama Silvi, dan loe berdua harus bantuin gue” jelas Rafa
“Nah pas banget kak, tadi gue juga nawarin gitu sama Silvi tapi Silvi nya gak ngrespon. Terus jadinya kita di suruh ngapain nie?” Tanya Aura
“Gini rencana gue tu, gue mau mempertemukan mereka berdua di suatu tempat. Nah tugas kalian ntar jam 7 malam, salah satu dari kalian harus sms Silvi bilang kalo kalian ngajak Silvi ketemuan di Cafe Greenday jam 7. Inget itu, key? Bisa kan?” kata Rafa panjang lebar
“Kalo cuma tu sih gampang kak, biar gue ntar yang sms’in si Silvi” kata Elsa
“Bagus deh kalo gitu, jangan sampe lupa lho” kata Rafa
“Sipz kak Rafa” kata Elsa sambil menyunggingkan senyumnya
“Yauda deh, gue balik ke kelas dulu kasih tau si Radit” pamit si Rafa
“Iya kak, thanks ya kak” kata Aura
“Iya"

@Koridor
Radit sedang berjalan di koridor dan melihat Silvi dari arah toilet. Radit pun menghampirinya, “Silvi” panggilnya pada Silvi. Silvi yang mendengar namanya dipanggil dengan segera mencari sumber suara itu, ternyata dilihatnya Radit yang memanggil namanya. Dan Silvi pun segera meninggalkan tempat itu, namun niatnya terhalang karena tangannya sudah ditarik oleh Radit.
“Sil, dengerin gue dulu” pintanya pada Silvi
“Apaan sih? Lepasin gak!” kata Silvi dengan sedikit sewot
“Gak, loe harus dengerin penjelasan gue dulu!” Radit tetep kekeh gak mau ngelepasin tangan Silvi
“Penjelasan apa lagi sih? Semua itu udah jelas. Lepasin gak! Kalo gak gue bakal teriak” ancem Silvi
“Tapi, Sil..”
“Lepasin!”
“Okok, sory gue udah kasar” Akhirnya Radit melepaskan tangannya Silvi yang segera pergi dari situ. Sedangkan Radit hanya pasrah karena si Silvi sudah gak mau lagi ngomong dengan dia. Raditpun kembali ke kelasnya.

@XI IPA 2
Rafa langsung ke kelasnya tapi dia tidak melihat Radit ada di situ, “Lho mana tu anak? Gue kan suruh dia tunggu di sini sekarang malah ngilang. Hmmh” kata Rafa sambil marah-marah sendiri.
Radit yang abis ketemu Silvi di koridor langsung masuk kelas dan menuju ke tempat duduknya, tepatnya di sebelah Rafa. Rafa yang udah kesel karena omongannya gak didengerin sekarang malah tambah marah karena liat mukanya Radit yang asem.
“Woy, kemana aja sih loe? Gue kan nyuruh loe tunggu di sini. Sekarang kenapa lagi tu muka asem banget?” Tanya Rafa sambil marah-marah.
“Sory bro, tadi Kepsek manggil gue. Terus abis dari situ gue ketemu Silvi di koridor” kata Radit yang menceritakan kejadian tadi.
“Oya?? Terus gimana reaksinya?” Tanya Rafa.
“Silvi masih marah sama gue dan sekarang dia gak mau ngomong lagi sama gue”
Rafa yang mendengar itu langsung berusaha menghibur hati Radit, “Loe tenang aja bro, rencana gue pasti bakalan sukses” kata Rafa dengan sangat yakin.
“Maksud loe?” Radit yang masih tidak mengerti dengan omongan Rafa.
“Gue udah atur pertemuan loe sama Silvi. Dan ntar malem loe harus datang ke Cafe Greenday jam 8 malam. Key” kata Rafa.
“Yang bener? Tapi apa Silvi mau ketemu sama gue?”
“Loe jangan pesimis gitu dong, udah tenang aja gue yakin ntar Silvi pasti bakalan datang” kata Rafa yang berusaha meyakinkan Radit.
“Hmmh, iya deh ntar gue datang”
“Gitu dong. Eh, udah mau jam pulang nie. Keluar yuk” ajak Rafa.
Mereka berdua pun keluar kelas dan hendak mau pulang.

@Rumah Radit
Radit sibuk memilih-milih baju yang cocok dipakainya untuk ketemuan sama Silvi. Dan setelah semuanya rapi dan merasa sudah pas dia pun segera menuju ke Cafe Greenday.
@Rumah Silvi
Hp Silvi bordering tanda panggilan masuk. Ternyata dari Elsa.
“Halo, Silvi”
“Iya, ada apa? Tumben”
“Loe cepetan ke sini ya. Temenin gue, gue sendirian nie. Tapi loe jangan lupa dandan ya”
“Emang loe di mana? Kenapa gue mesti dandan?”
“Gue di Cafe Greenday. Udah deh cepetan ntar gue certain di sini”
“Iya deh, gue ke sana. Tunggu ya”
Dengan segera Silvi menutup telfonnya dan langsung dandan secantik mungkin. Setelah dikira selesei, diapun langsung menuju Cafe yang dimaksud.
@Cafe Greenday
Radit yang sudah sampe duluan dan menunggu Silvi cukup lama. Akhirnya Silvi pun sampe di sana dan heran kenapa dia hanya melihat Radit yang ada di situ bukannya Elsa.
“Silvi, loe udah datang?” sapa Radit.
“Kok loe cie? Elsa mana?” tanyanya pada Radit.
“Elsa gak ada, yang ada gue” kata Radit.
“Yauda deh, gue pulang” kata Silvi.
“Eits, tunggu dulu dong Sil. Duduk dulu, gue mau ngomong” kata Radit yang juga langsung megang tangan Silvi.
“Apaan sih? Gue mau pulang” Silvi langsung menarik tangannya dan segera beranjak dari situ. Namun Radit langsung menahannya dan menuntun Silvi agar mau duduk.
“Dengerin gue dulu. Gue mau ngomong”
“Yauda, cepet ngomong” bentak Silvi.
“Sabar dulu dong. Gini, ini semua rencananya Rafa. Tapi yang nyuruh gue kok. Jadi loe gak usah marah-marah sama Rafa ataupun sama temen-temen loe” kata Radit.
“Oh, jadi ini semua rencana loe? Mau loe apa sih?”
“Galak banget. Gue cuma mau kita balikan. Gue masih sayang banget sama loe Sil. Gue pengen kita kayak dulu lagi” kata Radit dengan tulus karena udah terlihat dari wajahnya kalo dia emang benar masih sayang sama Silvi.
Silvi hanya terdiam mendengar perkataan Radit. “Please Sil. Kasih gue kesempatan lagi, gue janji hal kayak dulu gak akan terulang lagi” lanjut Radit.
Silvi masih diam dan belum merespon perkataan Radit, “Sil, jawab dong. Loe mau kan balikan sama gue? Please Sil, jawab!” Radit terus memaksa Silvi untuk cepat menjawabnya.
“Ehm...em.. gue, gue...” Silvi bingung harus jawab apa. Emang sih, dia sebenernya juga masih sayang sama Radit tapi di lain sisi dia gak mau kejadian dulu terulang lagi.
“Gimana Sil? Loe mau kan?” Tanya Radit
“Gue... loe sama Viska gimana?” Tanya Silvi.
“Viska? Gue gak ada apa-apa kali sama dia” kata Radit.
“Oya? Kenapa waktu tu si Viska genit banget sama loe. Terus loe nya juga ngeladenin lagi”
“Ya ampun, jadi loe cemburu? Jadi gara-gara nie loe benci sama Viska? Hayoo, ngaku”
“Gak” kata Silvi menyangkal.
“Yang bener? Tapi mukanya kok sewot gitu? Tanya Radit sambil terus menggoda silvi.
“Apaan sih. Udah deh”
“Iya deh iya, gimana loe mau kan? Gue beneran gak ada apa-apa kali sama dia. Temen doang” jelas Radit.
“Hmm, yauda gue mau” kata Silvi.
“Apa Sil? Gue gak denger” Radit pura-pura gak mendengar.
“Iyaaa, gue mau balikan sama loe. Denger?” kata Silvi yang agak kesal dan akhirnya mau balikan dengan Radit.
“Hehe, iya denger kok. Yang bener nie Sil?” Radit masih gak percaya
“Iyaaa Radit. Mesti ngomong berapa kali sih gue, biar loe percaya?” Silvi yang udah mulai emosi.
“Eits, gitu aja ngambek. Ntar jelek lho” kata Radit yang terus menggoda Silvi.
“Loe sih. Bikin gue kesel aja”
“Iya iya, sory thanks banget lho sayaaank” Radit pun langsung memeluk Silvi tanpa peduli sama keadaan sekitar.
“Radit, apaan sih? Malu tau diliatin” kata Silvi yang langsung melepas pelukan Radit.
“Yaa sory, abis kesenengan gue. Hehe”
“Yauda deh, pulang yuk. Udah malem nie” ajak Silvi.
“Hmmh iyaa deh. Gue anter ya?”
“Iyaa. Yauda yuk”
Akhirnya mereka balik ke rumah dengan status yang berbeda. Setelah Radit mengantar Silvi pulang, Radit pun balik ke rumahnya.


@SMA Bintang
Silvi turun dari motornya Radit. Mulai hari ini dia berangkat sekolah bareng Radit. Sedangkan Radit hendak memarkir motornya. Setelah selesai, Radit pun menghampiri Silvi dan menuju ke kelas. Ketika sedang berjalan, tiba-tiba Rafa melihat mereka dan menghampirinya.
“Hay bro! Cielah pagi-pagi udah senyum-senyum gini. Eh tunggu, kalian balikan?” Tanya Rafa.
“Hay juga bro. Iya dong kita kan udah balikan” kata Radit dengan bangganya.
“Weits gitu dong, gue kan jadi ikut seneng. Selamat ya bro, Sil” kata Rafa.
“Iya kak, makasih. Hm, yauda Dit gue ke kelas dulu aja ya” kata Silvi.
“Mau gue anter?” Tanya Radit.
“Ah gak usah. Gue masih inget jalan ke kelas lagi. Yauda kak Rafa, duluan ya” pamit Silvi pada keduanya.
“Eh iya Sil” kata Rafa sambil senyum-senyum.
Setelah Silvi pergi, “Thanks bro, gara-gara loe gue bisa balikan sama Silvi” kata Radit.
“Iya sama-sama. Santai aja. Kantin yuk” ajak Rafa.
@X2
“Pagi guys” sapa Silvi pada kedua sahabatnya yang sudah duluan dateng.
“Eits, ada apa nie? Kok keliatannya loe happy banget” Tanya Elsa.
“Iya dong. Gue kan dari semalem balikan sama Radit” kata Silvi dnegan senengnya.
“Heeh? Yang bener loe?” Tanya Aura yang gak percaya.
“Iya beneran. Ngapaen juga gue boong”
“Wah, kalo gitu selamat ya cantik” kata Elsa.
“Iya selamat ya Sil” kata Aura.
“Iya iya, sama-sama. Thanks juga ya guys. Ini semua kan juga berkat kalian” kata Silvi.
“Yups, sama-sama. Kita kan sahabat” kata Aura yang langsung di angguki sama Elsa.
“Eh guys, kantin yuk” ajak Elsa
“Iya, yuk” kata keduanya.
@Kantin
“Eh itu ada Radit sama kak Rafa gabung mereka yuk” kata Silvi.
Ketiganya pun bergabung sama Radit dan Rafa. “Duch, yang baru balikan nempel mulu nie” sindir Rafa pada Radit dan Silvi.
“Iya nie, kita jadi obat nyamuk” gerutu Elsa.
“Apaan sih kalian” kata Radit dan Silvi barengan.
“Tuh kan, sekarang malah barengan ngomongnya. Dasar kalian. Haha” Rafa terus menggoda mereka.
Hahahaa, mereka pun ketawa bareng gak peduli kalo sampe ibu kantin negur. Dan si Silvi beruntung banget udah punya sahabat kayak Elsa dan Aura yang selalu ada buat dia. Dan dia juga beruntung udah punya cowok kayak Radit yang selalu bisa bikin hatinya tenang.


__THE END__

Rabu, 07 Desember 2011

Do You Remember Me

Do You Remember Me ?


DOK! DOK!! DOKKK!!!

“Yaaaaa!” gedoran yang cukup untuk membangunkan satu penghuni kost-kostan itu terdengar.

Sang pemilik kamar yang masih saja bergulung di selimut mengabaikan panggilan itu. Masih nyaman bergulung diselimutnya, ia menutup saluran pendengarannya dengan headset dan memutar lagu Run Devil Run milik Seo Nyeo Shi Dae dengan volume yang cukup untuk menulikan telinga.

“Fayaaaa!!! Kalo kamu nggak keluar, pintu aku dobrak.” Seseorang dibalik pintu mengancam. Namun, tak ada jawaban dari sang pemilik kamar, karena kini ia tengah kembali ke Dream Land bersama Sooyoung Seo Nyeo Shi Dae dan nge-dance Run Devil Run bersama.

BRUAKKK!

Pintu yang malang itu benar-benar di dobrak dari luar, menampakkan seorang cewek berkerudung cokelat muda dan mengenakan kemeja cokelat kotak-kotak ditambah celana jeans hitam. Ia memajukan bibirnya sebal saat melihat temannya itu masih saja bergulung di dalam selimut, padahal jam tidur siang sudah terlewat.

“Ni anak ya! Udah jam empat begini masih aja tidur.” Gerutunya. “Ya, bangun! Katanya mau nganterin aku ke toko buku?”

Tak ada sahutan.

“Ya!” dengan tidak sabaran cewek itu pun menyingkap selimut sang pemilik kamar dan memutar bola matanya sebal saat melihat kabel headset yang sudah kusut tak karuan itu. “Pantesan aja nggak denger, kupingnya aja udah budeg dari tadi.”

Meraih headset dan melepasnya ia mengguncang-guncangkan tubuh Faya lagi. Membuat sang empu-nya kamar mengerang sebal dan membuka matanya walau sedikit. “Apa?”

“Sekarang jam berapa?” memutar bola matanya sebal cewek itu menunjuk-nunjuk jam di dinding dengan kesal.

Dengan susah payah Faya menoleh untuk melihat jarum jam dengan mata yang lima watt. “Jam dua.” Jawabnya asal.

“Faya yang baek, liat deh itu jam bener-bener!” cewek itu mencoba bersabar dan ber-istighfar dalam hati.

“Jam dua Syifa! Kalo mau ganggu aku mending jam tiga aja ya? Sekarang ngantuk ni. Baru baca fanfic nyaris setengah fandom.” Balasnya sambil memejamkan mata dengan damai.

Cewek bernama Syifa tadi rasanya ingin mencakar-cakar Faya. “Ya, sekarang udah jam empat. Yang kamu liat itu jarum panjang, bukan jarum pendek! Sekarang, bangun, mandi trus ikut aku ke toko buku!”

“Toko buku?” seketika itu juga Faya terbangun dari tidurnya. Syifa mengangguk-ngangguk kaku.

“Iya, kamu kan udah janji_”

“Sori lupa!” tanpa mengucapkan sepatah katapun lagi, Faya segera menyambar handuk dan berlari ke kamar mandi. Syifa menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum. Mendengar kata ‘toko buku’ langsung saja membuat Faya bersemangat. Tentu saja bersemangat, karena di sana, dia pasti akan membaca teenlit yang sudah terbuka sampul plastiknya dengan gratis.

*Do U Remember Me?*

“Ya, Ya, sini deh!” Syifa menyeret Faya ke arah sebuah papan yang memberitahu mereka bahwa boyband SM*SH akan tampil di Plaza besok. Dan tentu kabar ini membuat Syifa memekik senang. Sedangkan Faya hanya mendengus bosan. Baginya, itu sudah biasa, tapi jika Seo Nyeo Shi Dae datang ke Plaza besok, itu baru luar biasa.

“Apaan sih? Emang mereka eksis ya?” Tanya Faya.

“Ya ampun Ya, kamu kemana aja?”

“Ada. Gak kemana-mana.” Jawabnya enteng. Syifa tepuk jidatnya.

“Makanya, jangan ngurung diri di kamar terus, nonton TV kek. Kamu sih, baca fanfic kebangetan banget, sampe-sampe nggak tau kalo mereka lagi booming di Indonesia.”

“Nggak gitulah! Kamu taukan kalo aku nggak punya duit buat beli teenlit? Jadi, aku cari-cari aja di fandom sama blog-blog.” Jawabnya.

“Ya tapi nggak usah segitunya kaliii…” balas Syifa. “Oya, besok kan minggu. Kita ke sini lagi ya?”

“Nggak!” Faya menolak mentah-mentah gagasan itu.

“Ayolaaaah! Temenin aku nonton mereka ya?”

“Nggak!”

“Ih, Faya gitu.” Bibir Syifa mengerucut. Melihat Faya tetap cuek, Syifa pundung. “Kalo gitu, besok-besok aku nggak mau bawa kamu ke toko buku lagi.”

“Eitss… kenapa ada acara ngancem-ngancem segala?” gerutu Faya.

“Abisnya…”

“Iya iya… besok ikut.” Balas Faya dengan tampang nggak ikhlas.

“Ha? Beneran? Asyiiiik… akhirnya… aku bisa liat Morgan secara langsung.”

Faya memasang tampang cemberut sambil mengacak-ngacak rambut panjangnya. “Tapi, sekali ini aja ya! Cuma nonton SM*SH, nggak yang laen-laen.”

“Iya… iya…” jawab Syifa. “Sekarang kita makan yuk, udah itu kita sholat maghrib.”

“Nggak Fa, yang ada kita Sholat dulu, baru makan.” Bantah Faya.

“Nggak Ya, yang ada nanti malah kebayang makanan waktu sholat dan itu nggak boleh!” balas Syifa

“Nggak Fa, yang ada entar kita lupa gara-gara kekenyangan trus nggak bisa gerak, kalo keburu isya kan lebih dosa. Jadi, mending sholat dulu, terus makan, leha-leha bentar buat nunggu adzan Isya, baru deh sholat terus nonton. Beres kan?” setelah perdebatan tentang yang mana yang harus dituju terlebih dahulu, akhirnya Syifa mengalah dan mengikuti Faya ke luar gedung plaza dan berjalan ke arah sebuah masjid.

BRUKKK!!!

“Aduh!” Faya memekik sakit saat bahunya bertubrukkan dengan bahu seorang cowok yang wajahnya tertutupi topi hitam.

“Sorry!” gumam cowok itu, cukup terdengar Faya dan Syifa. Cowok itu mengangkat wajahnya dan tersenyum pada Faya. Syifa terbengong.

“Rafael…” suara Syifa yang lirih terdengar jelas dan menggantung. Faya menatap Syifa dengan pandangan bertanya mengenai cowok yang kini tengah tersenyum padanya.

“Faya…” cowok itu menyapanya. Faya mengernyit. Merasa situasi aneh ini tidak nyaman, ia pun menarik tangan Syifa untuk pergi menjauhi cowok yang tidak dikenal itu. Baginya, berhadapan dengan orang yang tak dikenal tapi menyebut namanya sama dengan ‘bahaya’. Terlebih lagi, saat melihat cowok itu… entah kenapa ia merasakan sesuatu yang aneh.

*Do U Remember Me?*

Setelah menunaikan ibadahnya, kedua cewek itu tengah menikmati makan malam mereka di kafe Plaza yang terlihat sepi. Beberapa meja ditempati oleh seorang wanita berumur tiga puluhan dengan seorang pria yang Faya terka sebagai rekan bisnisnya. Dan beberapa anak remaja tengah mengelilingi satu meja sambil berbicara pelan-pelan dan seorang pemuda yang membelakangi Faya.

“Ya? Aku mau Tanya lagi.” Syifa menunjukkan satu jarinya setelah meneguk Coca Cola.

“Apa?” Faya membalas tanpa minta untuk menyimak pertanyaan Syifa.

“Kenapa Rafael bisa tau nama kamu?” tanyanya serius.

“Hah? Rafael? Rafael mana? Aku nggak tau aku kenal sama orang yang namanya Rafael.”

“Itu, orang yang tadi nabrak kamu itu.” Syifa mendesis sebal.

“Oh. Nggak tau. Aku aja nggak kenal dia. Kok kamu bisa tau sih namanya?”

“Jelas tau dong! Dia itu kan Rafael, salah satu personil boyband SM*SH.” Jawab Syifa.

“Masa? Boyband yang besok mau tampil di Plaza itu?”

Syifa mengangguk-ngangguk. “Hu-uh. Kamu yakin nggak kenal orang itu?”

“Nggak. Nggak sama sekali.” Jawabnya cukup lantang. “Aku nggak punya kenalan artis.”

“Hmm… sayang banget tadi aku nggak minta tanda tangan dia.” Syifa memelas. Faya mendelik kesal. “Kamu sih, pake nyeret-nyeret aku.”

“Syifa, denger ya! Orang yang nggak dikenal itu berbahaya.” Faya menekankan kata terakhir dengan menggebu-gebu. Syifa menaikkan alisnya.

“What? Bahaya dari mana, Ya?”

“Kamu nggak tau sih. Aku kasih tau kamu dari sudut pandang seorang psikopat ya. Biasanya, orang-orang yang nggak di kenal itu harus diwaspadai, karena mereka bisa saja membahayakan kita, tanpa sepengetahuan kita. Keliatannya aja dari luar baik, tapi siapa tau dia punya penyakit kejiwaan yang tidak terlihat oleh panca indera. Dan orang-orang seperti itu, patut kita curigai sebagai penguntit atau stalker.” Jelas Faya panjang lebar.

“Kayaknya kamu kebanyakan baca fanfiction deh, makanya jadi parno begitu.”

“Fa, aku bukan parno ya! Aku ini hanya memberi dugaan logis supaya kita berhati-hati terhadap orang asing.” Balasnya.

Syifa mengerucutkan bibirnya sebal. Beginilah resikonya jika memiliki teman yang kecanduan fanfiction bergenre mystery dan sulit bersosialisasi. Diam sejenak untuk mengganti topi pembicaraan, Syifa melirik arlojinya.

“Udah ini kita kemana?” tanyanya.

“Um… kayaknya aku mau beli keperluan buat mandi deh, sabun buat muka udah abis, terus sampo udah tinggal sekali keramas lagi. Udah itu, kita baru ke masjid. Gimana?”

“Boleh deh, lagian aku juga mau beli pembalut untuk jaga-jaga. Udah itu, kita jadi nonton kan?”

“Jadi dong! Neulis sama Novi udah di kasih tau?”

“Udah. Tadi udah aku SMS.” Jawab Syifa sambil menekan-nekan keypad ponselnya. “By the way, ini perasaan aku aja atau kita sering malming berempat terus. Berasa nggak ada cowok aja.”

“Ha? Ngeluh nih?” ledeknya. “Kalo aku sih biasa aja tuh kencan sama kalian.”

“Yang kayak begini di sebut kencan?” Syifa melotot kesal. Faya hanya mendengus menahan tawa.

“Udah ah, kita cabut dari sini.”

“Ayok!” Faya pun memanggil seorang pelayan cowok yang baru saja lewat untuk meminta bill. Dan kedua gadis itu terkejut ketika mendengar jawaban si pelayan cowok itu.

“Tadi sudah di bayar sama temen mbak.”

“Hah?” Faya dan Syifa bertukar pandang bingung. Akhirnya, mereka keluar dari kafe itu masih dengan pandangan bertanya-tanya. Tapi, setelahnya mereka malah bersyukur karena mendapat makan gratis.

*Do U Remember Me?*

“Eh… itu mereka.” Tunjuk Syifa. Kedua cewek itu menghampiri teman mereka.

“Kalian lama.” Gerutu Neulis, si mojang Bandung itu.

“Sorry…” jawab Faya. Novi mengangguk-ngangguk.

“Filmnya bentar lagi diputer.” Ujar Novi. “Kita udah beli tiketnya.” Sambil menunjukkan empat tiket itu. Dan saat terdengar pemberitahuan itu entah kenapa, Faya jadi merasa ingin ke toilet.

“Eh, aku ke toilet dulu ya? Kebelet niiih…”

“Yaaah… Faya, kenapa nggak dari tadi sih?” gerutu Neulis.

“Ya… ini juga mendadak.”

“Ya udah, ini tiket kamu. Entar nyusul ke dalem ya?”

“Ok.” Sahut Faya.

*Do U Remember Me?*

‘Leganya…’ batin Faya sambil berjalan menuju ruang tunggu untuk masuk studio 3.

“Hei!” seseorang menepuk bahunya. Faya menoleh dan terkejut melihat cowok yang memakai topi hitam itu tersenyum padanya. Cowok yang tadi sore menabraknya. Cowok yang ia ketahui dari Syifa bernama Rafael.

“Apa?” Faya menyahut dengan tidak suka.

Cowok itu mengernyit heran. “Lo Faya kan?” tanyanya.

“Kalo gue Faya, emang kenapa?” balasnya judes.

Rafael menggaruk belakang kepalanya. “Lo masih inget gue kan?”

“Nggak tuh…” jawabnya.

Rafael tertohok. “Masa sih?”

“Kalo emang gue nggak inget lo? Lo mau apa?”

“Nggak mau apa-apa sih.” Jawab Rafael merasa tidak enak.

“Udah ya! Gue mau nonton.” Faya berbalik dan berjalan ke arah pintu studio 3. Dan mengeluarkan tiketnya yang ada di dalam saku.

“Eitss… tunggu dulu! Kata siapa lo boleh pergi?” Rafael menarik lengan Faya.

“Apa lagi ya?” Faya mendengus jengkel.

“Lo mau nggak temenin gue jalan-jalan sebentar?” Tanya Rafael.

“Nggak.” Jawab Faya ketus. “Gue mau nonton.” Ia mengacungkan tiketnya. Dan Rafael seketika itu juga mengambil tiket itu dari tangan Faya dengan cepat dan merobeknya menjadi serpihan kecil.

“Hei!” Faya melotot kesal. “Gue pengen nonton!” serunya tiak terima.

Nah, karena tiket lo udah nggak ada. Jadi, mending lo ikut gue aja. Ya?”

Dengan menahan dirinya untuk tidak memukul kepala cowok itu, dia ikut saja saat cowok itu menariknya keluar dari bioskop dan duduk di Mc.-* menikmati French Fries yang sangat dia sukai. Dan menahan diri untuk bicara banyak-banyak, karena ia masih marah pada cowok itu. Dasar Faya, masih marah tapi menikmati traktiran cowok itu.

“Lo yakin nggak inget gue?” tanyanya.

Faya menatap cowok didepannya itu dengan pandangan menyelidik. Ia merasa pernah melihat cowok itu sebelumnya tapi entah dimana, ia lupa. “Nggak.” Jawabnya jujur.

Rafael menaruh kedua sikunya di atas meja dan mencondongkan tubuhnya ke arah Faya. “Yakin? Pertama kali gue ketemu lo, lo abis nyanyi di Ciwalk waktu ada Gathering Sone (Sowon).”

Faya mengernyit. Ciwalk? Bandung? “Terus?”

“Waktu itu lo nyanyi lagu-nya Seo Nyeo Shi Dae yang Into the New World kan?”

Faya menatap Rafael heran. “Kok tau?”

“Tau laaah… kan gue juga ada di situ.”

“Masa?”

Rafael mengangguk. “Kita juga sempet ketemu dan ngobrol kayak begini.”

“Hah?”

“Lo masih inget nggak sama Nissa Yunji?” Tanya Rafael menyebutkan nickname seseorang.

“Penyiar radio itu? Masih dong!” jawab Faya terlihat antusias.

“Dan lo pasti inget kan sama orang yang dulu nemenin dia siaran?”

“Hah?” Faya memutar otaknya untuk mengingat-ngingat.

“Dulu, lo kenal gue sebagai Landry Tanubrata.”

“Ah!” mata Faya bersinar-sinar. Sekarang ia ingat siapa cowok yang kini tengah duduk dihadapannya. “Lo Landry yang kata cewek-cewek itu mirip Jung Yunho Dong Bang Shin Ki kan?”

Landry mengernyit mendengar sebutan itu. “Emang mirip ya?”

“Nggak juga sih.” Faya berkata buru-buru. “Gue inget. Dulu lo narsis banget, sampai-sampai tiap lo update foto pasti yang angle-nya mirip Yunho.” Faya cengengesan mengingat itu.

Rafael menggeleng tak percaya. Jadi yang diingat Faya tentang dirinya hanya itu saja? Dia mendengus kesal. Susah-susah dia mencari-cari tahu tentang cewek itu, eh cewek itu malah sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia mengenal Rafael.

“Udah ketawanya?” Tanya Rafael jengkel.

“Sorry Lan!” ucapnya dengan nada yang sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah.

Menggeleng pelan ia pun bertanya untuk mengurangi rasa canggung. “Apa kabar?”

“Baik.” Jawab Faya, tidak ada niatan untuk bertanya balik.

“Boleh gue tau? Kenapa lo remove gue di facebook?”

Faya agak kaget mendapat pertanyaan itu. Dan memasang tampang pura-pura tidak tahu untuk menipu dia balas bertanya, “Gue nge-remove lo? Kapan?”

“Tiga bulan setelah kita ketemu di Gathering itu.”

Untuk lebih menipu lagi, Faya menatap Rafael lurus-lurus. “Gue nggak remove lo kok. Elo kali yang remove gue.”

“Ya, gue nggak pernah nge-remove sia pun di facebook. Baik orang yang gue nggak suka atau benci.”

Faya terdiam. “Hmmm…. “ berpikir sejenak, ia pun akhirnya berkata, “Hmm… mungkin dulu gue pernah nggak sengaja remove lo. Gue nggak begitu inget.”

“Lo nge-remove gue, dan elo sama sekali nggak inget?” Rafael mulai panas.

“Heh! Bukan mau gue remove lo.” Lagi-lagi Faya berbohong. Dulu ia me-remove Rafael dengan kesadaran penuh. Dia saat itu sedang patah hati. Diputuskan pacar yang juga merupakan sahabat kecil memang membuatnya sedikit buta arah hingga me-remove semua cowok di facebook yang menjadi temannya. “Gue waktu itu lagi stress. Jadi, gue remove semua cowok di facebook gue.”

Rafael menatapnya heran. “Cuma itu?”

Faya mengangguk. “Iya.”

“Atau jangan-jangan lo abis diputusin cowok lo?” terka Rafael.

“Itu bukan urusan lo!” balas Faya dingin.

“Sorry sorry. Cabut yuk!” ajaknya sebelum cewek itu lebih marah lagi terhadapnya.

“Kemana?”

“Malioboro. Bantuin gue beli oleh-oleh.”

Dan tiba-tiba ia merasakan getaran pelan dalam tas dipangkuannya. Mengaduk-ngaduk tasnya untuk mendapatkan handphone-nya, dia membuka kunci tombolnya dan terbelalak. Dua puluh empat SMS yang semuanya didominasi oleh Syifa.

Menepuk jidatnya pelan, ia pun membalas pesan itu.


To: Syifa
Sori, aku gk jd nonton.
Tiketny ntar aku gnti.
Aku plg dluan.
*Do U Remember Me?*

“Menurut lo, yang bagus yang mana?” Rafael menunjukkan 2 pakaian wanita dengan motif batik yang berbeda warna.

“Buat nyokap lo ya?” Rafael mengangguk. “Kayaknya yang cream bagus. Tapi, terserah lo sih.” Jawab Faya.

Rafael mengangguk, lalu menghampiri kasir. Setelah selesai Faya agak sedikit aneh melihat Rafael menenteng bebeapa kantong belanjaan. So? Cowok gitu. Akhirnya ia pun berisnisiatif untuk membantu cowok itu. “Landry, mending itu gue aja yang bawa.”

“Nggak usah.” Jawab Rafael pendek.

“Hei, sini, gue bantu separo. Entar orang-orang ngira gue cewek gak tau diri yang main nyuruh waktu lagi jalan sama temen. Terlebih lagi, lo cowok.”
“Gak papa, toh gue yang beli.”
“Tapi, gue nggak enak juga liatnya.”
Tidak bisa membalas kata-kata Faya, Rafael pun membiarkan cewek itu membantunya membawa kantong-kantong belanjaan itu. Rafael diam-diam tersenyum memperhatikan cewek yang lebih muda darinya beberapa tahun itu.

Setelah membantunya membeli ini-itu disepanjang jalan Malioboro yang ramai itu, akhirnya mereka mengistirahatkan kaki mereka di H*k* H*k* B*nt*. Dan tentu saja, Rafael yang traktir, toh Faya sudah bilang pada cowok itu, jika ia ingin ditemani belanja, Faya tidak ingin mengeluarkan uang sepeserpun. Dan Rafael menyanggupinya.

“Sekarang, impian lo jadi penyanyi tercapai. Seneng?”

“Seneng banget.” Jawab Rafael. “Oya, suara lo bagus. Kenapa lo nggak jadi penyanyi juga?”

“Nggak segampang itu kali Lan! Butuh perjuangan.”

“Gue bisa bantu lo.”

Faya menggeleng. “Gue nggak mau jadi penyanyi seperti itu. Gue pengen usaha sendiri. Lagian, gue juga pengennya jadi penyanyi khusus soundtack anime, kek di Jepang gitu.”

Rafael tertawa. “Di sini mana ada yang kayak begitu.”

“Makanya, gue sekarang ogah jadi penyanyi. Mending karaokean aja. Seneng dapet, bebas nggak diuber-uber fans sama anti-fans.”

Rafael tertawa kecil dan meneruskan makannya. “Oya, lo tadi mau nonton sama siapa aja?”

“Temen-temen gue. Oya, gue boleh minta tolong nggak?”

“Apa?”

“Minta tanda tangannya Mordan yang se-grup sama lo itu, temen gue ngefans berat sama dia.”

“Ha? Morgan kali.” Ralat Rafael.

“Nah, iya itu.. terserah apa deh. Pokoknya mintain tanda tangan dia ya?”

“Oh. Oke. Tapi lo besok temenin gue jalan-jalan lagi ya?”

“Enak aja. Kan gue udah nemenin lo dari tadi.” Gerutu Faya.

“Inikan untuk permintaan lo yang minta segala akomodasi ditanggung gue. Nah, untuk tanda tangan itu lain lagi.” Faya mendelik sebal.

*Do U Remember Me?*

“KYAAAAAA….. MORGAN!”

“BISMAAA… “ jeritan-jeritan cewek-cewek terdengar saat SM*SH menyanyikan tembang mereka ‘I Heart You’. Faya mendengus kesal. Setidaknya teman-temannya tidak berteriak se-norak itu.

Ia dan keempat temannya hanya menatap SM*SH yang sedang perform dengan wajah ceria, kecuali Faya yang menatap bosan ke arah Rafael dan kawan-kawannya. Setelah menguap beberapa kali, Syifa menyikutnya.

“Ya, Rafael ngeliat ke arah lo tuh.” Bisik Syifa.


‘Girl, I heart you…’

Rafael membentuk hati dengan kedua tangannya ke arah Faya. Faya hanya terbelalak, lalu cepat-cepat menguasai diri dan balas menatap Rafael daftar. Dan setelah perform selesai, Faya berusaha mengajak teman-temannya untuk pulang, karena sebenarnya matanya sudah lima watt. Tapi, ketiga temannya menolak ajakannya dan menyeret gadis itu ke kafe.

*Do U Remember Me?*

“Nih.” Di malam yang berbintang itu, Rafael menyerahkan tiga buku catatan kecil berwarna hitam. “Semua tanda tangan member SM*SH ada di situ.”

“Hoho… thanks.” Faya menerimanya dengan wajah berseri-seri membayangkan Syifa, Novi, dan Neulis terpekik senang.

“By the way, gue nggak ngasih lo. Nggak papa, kan?”

“Nggak papa, toh gue nggak minta buat gue.” Jawab Faya.

“Emm… tapi…” Rafael mengeluarkan sebuah buku catatan berwarna biru dan memberikannya pada Faya. buku catatan yang lebih besar dari pada ketiganya. “ini buat lo.”

“Hm? Buat gue?” Faya menatap Rafael yang menggaruk kepalanya dengan heran.

“Yah… buat catatan kecil.” Jawab Rafael.

“Thanks.” Faya tersenyum senang, memasukkan barang-barang itu ke dalam tasnya dan menatap Rafael.

“Gue seneng banget dua hari ini. Makasih.”

“Seharusnya gue yang bilang gitu. Lo baik banget sama gue, padahal lo udah gue palak abis-abisan selama jalan.” Ujar Faya.

“Nggak apa-apa kok Ya. Toh itu kemauan gue. Gue seneng kok.”

Faya mengangguk. “Kalo liburan, kesini aja Lan. Kapan-kapan gue anter ke tempat-tempat laen deh.”

“Thanks Ya. Lo emang baik.”

“Iya dong, Faya!” Faya bernarsis ria tanpa menyadari wajah lawan bicaranya yang menatapnya dengan pandangan lembut.

“Gue suka elo Ya” pernyataan dari mulut Rafael membuat Faya terperangah beberapa saat. Ia rasakan jantungnya berdetak cepat tak beraturan. Menguasai keadaan dengan cepat, ia membalas pernyataan itu dengan tersenyum.

“Gue juga suka elo, Lan. Lo temen yang baik buat di ajak jalan.” Balas Faya.

“Tapi, gue suka sama lo bukan sebagai temen.”

Faya terdiam beberapa saat, lalu membalas dengan senyum. “Terus sebagai apa dong? Sahabatkah?” Tanya Faya. Faya tahu kemana arah pembicaraan Rafael. Dan dia menyesalinya.

“Gue suka elo, sebagai sebagian di sini.” Jawab Rafael sambil menunjuk dadanya. Faya menatapnya dengan nanar. “Gue udah perhatiin lo dari sejak kita pertama ketemu.”

Faya diam. Ia tidak berani membuka suaranya. “Waktu itu lo masih SMA kelas dua. Dan setelahnya, lo temenan sama gue via facebook. Dan nggak tau ada angin apa… tiba-tiba lo remove gue. Waktu itu gue sedih.”

Faya lagi-lagi diam. “Tapi, gue ngerti kenapa lu nge-remove semua temen cowok lo. Gue sempet liat status-status lo dan beberapa notes yang lo buat di facebook.” Jelasnya. “Tapi, gue diem aja. Gue nggak mau ganggu lo yang lagi kalut.”

Menarik nafas panjang ia pun membalas, “Maafin gue ya Lan. Gue nggak bermaksud…”

“Gak apa-apa.” Sela Rafael. “Ngeliat lu baik-baik aja, gue udah seneng.”

“Thanks.” Balas Faya. Dia bingung harus berkata apa lagi selain ‘thanks’. Dan lagi, ia tidak mungkin menerima Rafael begitu saja. Karena satu perbedaan membuat mereka terlihat kontras dan tidak mungkin bersatu. Dan keduanya tahu akan itu.

Menghela nafas berat, Rafael menatapnya lurus-lurus. “Gue besok bakal balik ke Bandung.”

“Oh…” sahut Faya singkat. “Hati-hati kalo gitu.”

Rafael tersenyum. “Lo juga, hati-hati di sini.” Ia mengusap rambut Faya. “Gue pulang ya. Sampai ketemu lagi.” Rafael berbalik begitupun Faya. Keduanya tidak mau menoleh, karena jika mereka menoleh mereka akan semakin terluka melihat satu sama lain.

Kini, mereka berdua berdiri saling memunggungi dan meresapi sebuah kalimat yang tidak akan pernah mereka sangka, mereka akan mengalaminya dan merasakan rasa pahitnya yang menusuk dan akan membekas dalam-dalam di hati mereka.

Bahwa cinta tidak harus saling memiliki.

The End