Kamis, 12 April 2012

Selamat Ultah ke-2 SM*SH, Bagaimana Agar Terus Bersinar?


SELASA (10/4) ini boyband SM*SH genap berusia dua tahun. Di jagat Twitter banyak ucapan selamat ultah dari Smashblast, penggemar SM*SH.
Sebagai media yang sering memberitakan SM*SH, kami juga hendak mengucapkan selamat ultah ke-2, semoga SM*SH makin bersinar.
Namun, kami tak hendak mengucapkan selamat saja. Kami juga ingin memberi catatan pada boyband beranggotakan  Bisma, Morgan, Rafael, Ilham, Dicky, Reza dan Rangga  ini.
Menengok dua tahun lalu, siapa mengira boyband ini begitu dikenal saat ini.
Perkenalan saya dengan SM*SH dimulai dari ruang redaksi ini. Dari ruang sebelah, saya kerap mendengar lagu “I Heart You” diputar.  Waktu itu, lagu boyband terasa fresh di tengah gempuran musik Melayu yang mendayu-dayu.
Tidak butuh waktu lama SM*SH akhirnya menggeser popularitas musik Melayu dengan boyband. Kala itu, musik Melayu yang diusung band-band bergenre ini sudah sampai titik jenuh. Kita sudah tak ingat lagi ada berapa jumlah band Melayu yang saban hari bergiliran tampil di DahSyat, Inbox, dan macam-macam acara sejenis. Belum lagi potensi musik yang mereka usung ala kadarnya. Tampang pun pas-pasan—untuk tidak menyebut menyedihkan.  

Kontan, saat muncul 7 cowok ganteng yang menamakan diri mereka Seven Men as Seven Heroes alias SM*SH, kita seperti mendapat angin segar, bak menemukan oase di tengah gurun gersang.  Perhatian kita pun belok pada SM*SH yang ganteng-ganteng dan meninggalkan Kangen Band dkk-nya yang …. Anda tahulah.
Apalagi, di saat bersamaan, demam Hallyu alias Korean Wave telah menapaki tahapan berikutnya. Setelah tren serialnya, sekitar dua tahun lalu kita mulai demam musik Korea alias K-Pop. Kita makin akrab dengan Super Junior, SNSD, 2AM, 2NE1, TVXQ, SHINee, dan macam-macam lagi.
Nah, SM*SH hadir di saat yang tepat. Kita segera mengidentikkannya dengan K-Pop versi lokal. Hal ini mendapat dua reaksi: dipuji dan dihujat. SM*S dianggap penjiplak, pengekor musik K-Pop. Meski begitu, karena pada dasarnya sekarang booming Korea dan sudah saatnya ada musik K-Pop rasa lokal, SM*SH semakin mendapat tempat di industri hiburan tanah air. Suara para pembencinya alias Antis (anti SM*SH) tenggelam oleh suara Smashblast yang begitu banyak, tersebar di setiap pelosok negeri hingga tingkat kabupaten.

Sudah banyak musisi dan pengamat musik bilang, tren boyband dan girlband, seperti halnya tren-tren musik sebelumnya semisal Melayu, dangdut, dan lainnya, umurnya takkan lama.
Dalam hitungan seorang pengamat musik, tren ini paling lama umurnya hanya sampai 2 tahun. Mengacu ke angka itu, tahun 2012 ini adalah tahun krusial bagi SM*SH. Di tahun keduanya, SM*SH sudah menapaki posisi puncak sebagai boyband paling tenar saat ini.  Kalau sudah sampai di puncak, tak ada jalan lain selain jalan menurun.
Nah, bagaimana agar pamor SM*Sh tak turun?
Menilik kelahirannya, tak seorang pun pernah membayangkan tren musik Melayu bakal digantikan boyband/girlband. Kalau ditanya, apa yang akan menggantikan tren boyband/girlband, seperti dulu, tak seorang pengamat musik pun bisa memberi jawaban pasti.
Yang diperlukan adalah belajar dari kejatuhan ten musik-musik yang sudah lalu. Jika menengok sejarahnya, tren baru dimulai karena sebuah terobosan setelah tren lama mencapai titik jenuh. SM*SH mencuri perhatian kita pertama-tama karena ia beda dengan musik Melayu yang tengah tren.
Lantas, tengok saat ini, ada berapa boyband dan girlband saat ini? Kami pernah menghitung, jumlahnya lebih dari 20. Saban hari boyband/girlband bergiliran tampil dari acara A ke B membawakan lagu yang sama terus. Setiap hari pula, kita melihat boyband/girlband di sinetron, bahkan di bioskop.
Jika dibiarkan begini terus, masyarakat mudah jenuh.
Tapi mau bagaimana lagi, inilah kondisi industri hiburan tanah air kita. SM*SH mau tak mau hidup di tengah kondisi seperti itu.
SM*SH tak mungkin mengubah kondisi jagat hiburan yang sudah berjalan. Tapi mereka bisa bersiasat.         
Siasat utama adalah meniru etos kerja boyband/girlband Korea, di mana mereka berkiblat. Kita tahu, tren musik K-Pop yang diusung SuJu dkk sudah berlangsung  lebih dari 5 tahun. Artinya, usianya lebih panjang dari ramalan tren musik boyband/girlband yang dikatakan pengamat musik tak lebih dari 2 tahun.
Bagaimana mereka bisa bertahan lebih dari 5 tahun? Kuncinya ada pada totalitas kerja dan inovasi. Di Korea, untuk membentuk sebuah grup perlu waktu bertahun-tahun. Personel Super Junior ada yang melakukan pelatihan hingga 5 tahun. Jo Kwon dari boy band 2AM bahkan melakukan pelatihan lebih dari 9 tahun.
Sukses tak bisa diraih dengan cara instan, nyanyi lipsync saban hari dari panggung ke panggung dengan lagu yang sama karena rata-rata boyband/girlband sini hanya punya 1 single hit.
Menengok boyband/girlband Korea, setiap aksi tampak diperhitungkan betul dan dikonsep matang. Setelah merilis satu album, boyband/girlband Korea habis-habis tur untuk promosi, tapi setelahnya mereka masuk kandang, konsentrasi membuat dan mengkonsep album baru. Hasilnya, dari satu album ke album lain, image yang ditampilkan berbeda. Ini membuat fansnya tidak bosan dengan konsep yang itu-itu saja.   
Beda dengan boyband di sini yang merilis album ala kadarnya. Karena tak punya materi lagu yang cukup akhirnya mendaur ulang lagu lama—yang sebetulnya tak cocok-cocok amat dinyanyikan. Waktu habis bukan untuk mengkonsep album yang lebih baik, tapi pentas dari satu panggung ke panggung lain menyanyikan single yang sama terus-menerus.
***   
Dengan popularitas saat ini, SM*SH paling siap berinovasi karena saya yakin mereka punya sumber daya dan sumber dana yang cukup. Sekarang tinggal SM*SH sendiri yang menentukan nasib, mengikuti ramalan sang pengamat musik tren ini hanya bertahan 2 tahun atau menjulang seperti K-Pop, dan siapa tahu  menerbitkan gelombang Indonesia yang dinamai I-Pop.
Selamat ulang tahun, SM*SH. Jangan terpana, teruslah berinovasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar